Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Saat ini, umat Muslim di seluruh dunia sedang menjalani puasa Ramadhan.
Meskipun masih di tengah pandemi, tapi ini tak menjadi halangan untuk tetap melakukan ibadah tersebut.
Saat puasa, kita tidak akan makan dan minum selama lebih dari 12 jam.
Tahukah kamu bahwa kebiasaan puasa ternyata punya banyak manfaat kesehatan?
Dilansir Grid.ID dari Aljazeera.com, ternyata orang Yunani kuno juga merekomendasikan puasa untuk menyembuhkan tubuh, dan kini beberapa ilmuwan menganjurkan puasa yang dimodifikasi untuk manfaat mental dan fisik.
Dikenal sebagai puasa intermiten, puasa yang dimodifikasi tersebut hadir dalam beberapa bentuk yang mengharuskan tidak makan selama 12, 16, atau 24 jam sekaligus.
Bentuk lain, yang dikenal sebagai puasa 5: 2, menganjurkan pembatasan kalori (hanya makan antara 500 dan 600 kalori) selama 36 jam, dua kali seminggu.
“Eat Stop Eat”, sebuah buku oleh Brad Pilon yang diterbitkan pada tahun 2007, merekomendasikan untuk tidak makan selama 24 jam sekali atau dua kali seminggu, memberikan kebebasan kepada individu untuk memutuskan kapan harus memulai dan mengakhiri puasanya.
Pada tahun 2012, Michael Mosley menerbitkan buku terlarisnya The Fast Diet, didasarkan pada konsep 5: 2 tentang puasa intermiten.
"Dalam The Fast Diet saya menganjurkan bentuk puasa yang disebut 'makan terbatas waktu'," kata Mosley kepada Al Jazeera.
Ini melibatkan hanya makan dalam waktu tertentu, mirip dengan bentuk puasa yang dilakukan umat Islam selama Ramadhan.
“Manfaat yang telah terbukti termasuk peningkatan kualitas tidur dan bukti penurunan risiko beberapa jenis kanker, khususnya kanker payudara,” katanya.
Manfaat puasa Ramadhan:
Para ahli menemukan bahwa membatasi asupan makanan di siang hari dapat membantu mencegah masalah kesehatan seperti kolesterol tinggi, penyakit jantung, obesitas, serta meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan.
Dengan tidak mengonsumsi makanan apa pun, tubuh kita dapat berkonsentrasi untuk membuang racun, karena kita mengistirahatkan sistem pencernaan.
Ahli gizi, Claire Mahy mengatakan, “Puasa memungkinkan usus untuk membersihkan dan memperkuat lapisannya. Ini juga dapat merangsang proses yang disebut autophagy, yaitu saat sel membersihkan diri dan menghilangkan partikel yang rusak dan berbahaya."
Para ilmuwan juga telah mempelajari hubungan antara diet, kesehatan usus, dan kesejahteraan mental.
Seperti yang dijelaskan Mosley, puasa dapat menyebabkan pelepasan BDNF (faktor neurotropik yang diturunkan dari otak) di otak.
"Ini telah terbukti melindungi sel-sel otak dan dapat mengurangi depresi dan kecemasan, serta risiko pengembangan demensia," tambah Mosley.
Banyak orang yang telah berpuasa juga menemukan bahwa jika dilakukan dengan benar, hal itu membantu menghilangkan lemak dan mendapatkan massa otot tanpa lemak.
Akan tetapi, individu dengan kesehatan yang terganggu harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mencobanya.
Dalam Islam pun menjelaskan bahwa penurunan berat badan yang berkelanjutan hanya mungkin dilakukan dengan puasa teratur.
Untuk jangka panjang, apabila puasa dilakukan dengan benar, dapat meningkatkan sistem pencernaan dan metabolisme secara keseluruhan.
(*)
Ngamuk Saat Tak Diberi Uang, Pengemis di Bogor Ini Malah Ketahuan Lagi Top Up: Ngegas Gak Dikasih
Source | : | aljazeera.com |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |