Laporan Wartawan Grid.ID, Rangga Gani Satrio
Grid.ID - Publik masih banyak yang tidak tahu bahayanya penyakit meningitis, padahal penyakit ini tidak boleh dianggap remeh.
Sebab meningitis dinilai salah satu kegawatdaruratan medis yang harus mendapat prioritas pengobatan.
Lantaran efek dari penyakit tersebut ternyata fatal.
"Hal ini dikarenakan kasus ringan pada meningitis bahwa dapat mengakibatkan kecacatan permanen seperti hilangnya pendengaran," kata dr. Herbowo Soetomenggolo melalui akun Instagram @kenapaharusvaksin, belum lama ini.
"Sementara pada kasus berat, dapat mengakibatkan kematian," sambungnya.
Ya, meningitis ialah infeksi yang terjadi pada selaput pelindung yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang.
Pada 2016, terdapat 4.313 orang dari 78.018 kasus meningitis di Indonesia.
Angka tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan tingkat kasus dan kematian tertinggi di Asia Tenggara.
"Salah satu jenis meningitis yang paling berbahaya adalah meningitis yang disebabkan oleh bakteri neisseria meningitidis, yang disebut Invasive Meningococcal Disease (IMD)," kata Herbowo.
Indonesia memiliki risiko importasi kasus IMD yang cukup tinggi mengingat jumlah jemaah haji dan umrah serta pekerja migran Indonesia (PMI) sangat besar.
Tak hanya itu, adanya mobilitas yang sangat tinggi baik keluar atau dari dalam Indonesia, juga memberikan kontribusi dalam meningkatkan risiko importasi.
"Karena itu, perlu ditingkatkan pengawasan kesehatan terhadap pelaku perjalanan khususnya yang akan pergi atau datang dari negara endemis, dan pelaku perjalanan dengan agenda kegiatan yang bersifat massal (haji, umrah, dan kegaiatan- kegaiatan level internasional seperti kegiatan olahraga atau olimpiade)," paparnya.
IMD, kata Herbowo kadang sulit didiagnosis lantaran tanda dan gejala sering mirip dengan penyakit lain.
Masa inkubasi meningokokus terjadi selama satu sampai 10 hari, pada umumnya kurang dari 4 hari.
Terkait gejala yang biasanya terjadi pada penyintas IMD antara lain, sakit kepala hebat, demam, mual, muntah, fotofobia (sensitif terhadap cahaya), kaku kuduk/ leher, tanda gangguan neurologis seperti koma.
"Jika tidak segera ditangani dengan tepat, orang yang terinfeksi IMD dapat meninggal," ucapnya.
"Tingkat kematian yang disebabkan oleh IMD dapat mencapai 50 persen," lanjutnya.
Baiknya, penyakit yang sangat berbahaya ini dapat dicegah dengan vaksinasi.
Sayangnya kesadaran publik untuk jalani vaksinasi sebagai langkah pencegahan utama masih sangat kurang.
Terdapat dua tipe vaksinasi meningitis yang tersedia saat ini, yaitu Meningococcal Conjugate Vaccine (MCV) atau vaksin yang mengandung empat serogroup (A, C, Y, W135) neisseria meningitidis ini dapat digunakan mulai usia 9 bulan hingga 55 tahun.
Vaksin tersebut memiliki proteksi lebih lama yakni lebih dari lima tahun setelah vaksinasi dan dapat menginisiasi imunitas seumur hidup.
Serta, Meningococcal Polysaccharide vaccines (MPSV): vaksin yang mengandung 4 serogroup (A, C, Y, W135). eisseria meningitidis ini diberikan kepada anak di atas dua tahun.
Imunitas dari vaksin hanya dapat melindungi selama tiga tahun setelah vaksinasi serta tidak menginisiasi imunitas seumur hidup.
"Meningitis bisa memberikan dampak serius bahkan mengancam nyawa karena penyakitnya bisa datang secara tiba-tiba," ujarnya.
"Melalui vaksinasi dan berbagai tindakan pencegahan lainnya, Anda bisa menghindari risiko berbahaya dari penyakit ini."
"Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan rekomendasi vaksin terbaik untuk Anda," pungkas konsultan neurology anak ini.
(*)
Viral Beredar Uang Palsu yang Dikeluarkan UIN Makassar, Begini Cara Ceknya Keasliannya!
Source | : | |
Penulis | : | Rangga Gani Satrio |
Editor | : | Nesiana |