Selain itu, mereka tumbuh menjadi lebih egois dan mengalami lebih banyak rasa bersalah dan malu.
Mereka kesulitan menghadapi tantangan psikologis dan sosial.
Para peneliti menarik kesimpulan ini setelah melakukan studi mendetail, di mana para partisipan diminta untuk mengisi empat kuesioner secara online.
Yang pertama, mereka diminta untuk mengingat apakah orang tua pernah mengatakan kebohongan terkait makan, kenakalan anak-anak, dan pengeluaran uang ketika masih kecil.
Baca Juga: 5 Langkah Mudah Melatih Perhatian dan Fokus Anak, Orangtua Milenial Wajib Tahu!
Kuesioner kedua meminta peserta untuk mengingat seberapa sering mereka berbohong kepada orangtua sebagai orang dewasa, terkait dengan aktivitas, tindakan atau melebih-lebihkan suatu peristiwa.
Dalam dua kuesioner terakhir, partisipan harus mengisi untuk mengukur kesulitan psikososial yang melaporkan kecenderungan untuk berperilaku egois dan impulsif.
Bagaimana hasilnya?
Di akhir penelitian, disimpulkan bahwa orang tua yang berbohong kepada anak, menempatkan anak pada risiko yang lebih besar untuk mengembangkan beberapa masalah perilaku seperti agresi, pelanggaran aturan, dan perilaku mengganggu.
Namun, ada beberapa batasan dalam penelitian ini, seperti hanya mengandalkan versi dewasa muda tentang pengalaman pribadi kebohongan orang tuanya.
Masih diperlukan lebih banyak penelitian dari orang tua yang dapat dipertimbangkan.
Bagaimana langkah terbaik untuk sekadar menenangkan anak tanpa berbohong?
Tangis Nunung Pecah saat Singgung Soal Kariernya di Dunia Hiburan, Sebut Perannya Kini Sudah Tergantikan
Source | : | times of india |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Deshinta N |