Yana benar. Studi yang dipublikasikan pada tahun 2015 dan 2017 menyebutkan bahwa “nasib buruk”, daripada gen dan faktor lingkungan, lebih berpengaruh pada terjadinya kanker.
Digagas oleh Dr Bert Vogelstein, pakar biologi kanker dari John Hopkins University, bersama kolega, penelitian ini menkonklusikan bahwa 66 persen dari mutasi genetik yang menyebabkan kanker muncul karena kesalahan acak yang terjadi ketika sel yang sehat membelah diri dan menyalin DNA.
Walaupun demikian, bukan berarti bahwa pencegahan dengan hidup sehat sama sekali tidak ada gunanya.
Vogelstein berkata bahwa menyadari adanya peran kesalahan acak dapat memberikan penghiburan kepada jutaan pasien yang terkena kanker, walaupun telah hidup sehat seperti Yana.
Baca Juga: Jenazah Artis Cantik Ini Dimandikan 3 Kali dengan Menggunakan Detergen, Ini Alasan dan Kisahnya
“Hal ini terutama sangat penting bagi orangtua yang anaknya terkena kanker. Mereka mungkin menyalahkan gen yang diturunkan atau lingkungan yang mereka ciptakan,” ucapnya seperti yang dikutip dari Scientific American 24 Maret 2017.
Para peneliti kemudian menganalisa data dari Inggris untuk mengetahui penyebab kesalahan mutasi pada pasien kanker. Menggunakan kalkulasi matematika, mereka menempatkan penyebabnya menjadi tiga kategori: lingkungan, keturunan, atau kesalahan acak.
"Ini adalah pertama kalinya seseorang melihat proporsi mutasi pada kanker dan menempatkan mereka dalam tiga kategori,” kata penulis studi tersebut, Cristian Tomasetti yang juga pakar matematika dari John Hopkins University.
Secara umum, para peneliti menemukan bahwa kesalahan acak pada penyalinan DNA ternyata menyebabkan 66 persen dari mutasi, sementara 29 persen sisanya adalah faktor lingkungan, dan hanya lima persen yang disebabkan oleh keturunan.
Namun, proporsi ini bisa berubah-ubah tergantung jenisnya. Menurut kalkulasi mereka, setidaknya 60 persen mutasi dari kanker kulit dan paru-paru disebabkan oleh lingkungan. Angka tersebut, 45 persen lebih besar daripada kanker pada prostat, tulang, otak, dan payudara
Berdasarkan proporsi tersebut, para peneliti kemudian mengakui adanya perbedaan dari mutasi yang menyebabkan kanker dan kemungkinan dicegahnya sebuah penyakit kanker.
Tomasetti menyebutkan, sebagai contoh adalah kanker paru-paru. Walaupun 65 persen mutasinya terjadi secara acak, tetapi 89 persen dari kasus kanker paru-paru bisa dicegah dengan tidak merokok.
Hal ini karena walaupun dua per tiga penyebab sebuah penyakit kanker adalah kesalahan mutasi, tetapi bila satu per tiga sisanya adalah zat karsinogen, maka menghindari zat tersebut akan mencegah terjadinya kanker
Akan tetapi, kritikus studi ini, termasuk Ross Prentice dari Fred Hutchinson Cancer Center di Seattle, berkata bahwa lingkungan bisa menjadi penentu terjadinya kanker yang lebih besar.
Pakar statistik kanker ini berkata bahwa faktor-faktor seperti tingkat inflamasi, insulin, dan obesitas yang dipengaruhi oleh lingkungan dapat menyebabkan terjadinya mutasi sel yang berbahaya. Akan tetapi, faktor-faktor tersebut tidak muncul pada analisa gen yang dilakukan oleh studi ini. (*)
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya
Source | : | Grid.ID,sains.kompas.com |
Penulis | : | Rissa Indrasty |
Editor | : | Nurul Nareswari |