Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Fenomena seseorang dikerangkeng atau dikurung memang membuat bulu kuduk merinding dan miris.
Namun, hal yang lebih menyedihkan lagi adalah tempat atau lokasi seseorang tersebut dikerangkeng rata-rata tidak manusiawi.
Hal tersebut dialami oleh seorang wanita paruh baya bernama Peng, dari Sichuan, China.
Dikutip Grid.ID melalui GridHot.ID, Jumat (3/9/2021), Peng dikurung oleh keluarganya di ruang bawah tanah yang gelap.
Tak manusiawi, bahkan Peng tak diberi kasur maupun selimut untuk dirinya tidur.
Di mulut ruang bawah tanah diberi teralis besi agar Peng tak bisa keluar dan hanya bisa menongolkan kepalanya.
Dokter menyatakan Peng mengalami gangguan jiwa usai kecelakaan.
Karena alasan inilah keluarga memutuskan mengurung Peng di ruang bawah tanah.
Hal serupa juga dialami bocah asal Indonesia bernama Effendi.
Bedanya, Effendi dikerangkeng bukan di ruang bawah tanah seperti Peng, melainkan di kandang ayam.
Dikutip Grid.ID melalui Tribunnews.com, Jumat (3/9/2021), Effendi yang menginjak usia ke-12 selalu meronta-ronta minta dikeluarkan dari kandang ayam saat melihat orang yang melintas tepat di depannya.
Meski meronta dan minta dikeluarkan, Effendi tidak mengeluarkan sepatah katapun kepada orang yang berada di dekatnya.
Nasib malang dialami oleh Moh Effendi, bocah berusia 12 tahun yang harus tinggal di bekas kandang ayam tanpa memakai baju maupun celana.
Orang tua Effendi, yaitu Hamzah, menaruh anaknya di kandang ayam karena si bocah mengalami gangguan sifat.
Jumat (4/10/2019), terik matahari menyengat di tanah Pamekasan Jawa Timur.
Bekas kandang ayam berukuran 1x0,5 meter milik Hamzah (40) sudah tidak diisi ternak lagi, melainkan sudah berubah fungsi menjadi tempat mengurung anaknya, Moh. Effendi (12).
Effendi dikurung lantaran memiliki kelainan sifat dibandingkan dengan bocah seusianya.
Di bekas kandang ayam yang terbuat dari bambu itu dan kayu papan, Effendi menghabiskan waktu sehari-harinya.
Di samping itu, tanpa selembar kain menutupi sekujur tubuhnya, di dalam kurungan itu, Effendi makan, minum, buang air besar dan kecil, serta tidur.
Saat Kompas.com datang menyambanginya, Jumat (4/10/2019) siang, Efendi berusaha berdiri dengan berpegang ke bilah-bilah bambu.
Setelah berhasil berdiri, ia mencoba meraih tangan dan baju orang yang datang menyambanginya.
Kendati demikian, saat orang yang menyambanginya hendak pergi, ia meronta-ronta, seperti minta untuk dikeluarkan dari dalam kurungan.
Latifah (36) ibu kandung Moh. Effendi menceritakan, sejak masih bayi, Effendi tumbuh seperti bayi pada umumnya.
Namun, ketika usianya menginjak tiga tahun, Effendi tidak kunjung bisa berjalan dan tidak bisa bicara.
"Dia hanya merangkak ke mana-mana, bicaranya tidak dimengerti karena tidak ada bahasa yang bisa diucapkan," ujar Latifa, warga Dusun Bringin, Desa Angsana, Kecamatan Palengaan, Pamekasan.
Sebagai anak ketiga, Effendi paling banyak mendapat penjagaan dari kedua orang tuanya.
Sebelum dikurung di dalam bekas kandang ayam, Effendi ditempatkan di dalam surau.
Namun, masih bisa keluar dan merangkak ke luar halaman rumah.
Jika sudah mulai keluar rumah, Effendi melakukan hal-hal tak lazim dengan memakan makanan yang tak layak dimakan dan melakukan hal yang membahayakan nyawanya.
(*)
Kimberly Ryder Klarifikasi soal Lemari Plastik yang Jadi Omongan Netizen, Ada Sejarah Miris di Baliknya
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com,GridHot.ID |
Penulis | : | Rissa Indrasty |
Editor | : | Ayu Wulansari Kushandoyo Putri |