Grid.ID – Di bawah arahan Presiden Joko Widodo, Menteri Kesehatan Budi Gunadi sedang mempersiapkan strategi hidup berdampingan dengan pandemi.
Terkait dengan rencana pemerintah itu, penerbit Gramedia meluncurkan buku tentang "Wabah dan Pandemi" dan kupas isi buku tersebut melalui zoom yang berlangsung pada Minggu, 5 September 2021 pukul 19.00 – 21.00 WIB dengan tema “Hidup Berdampingan dengan Pandemi: Riwayat dan Relevansinya”.
Pemateri yang akan menjadi narasumber diskusi adalah seorang pakar biologi molekuler dan seluler, peneliti vaksin, dan CEO startup bioteknologi Lipotek, yaitu Dr. Ines Atmosukarto.
Selain itu, narasumber pendampingnya adalah Dr. Roby Muhamad, seorang sosiolog yang ahli jejaring sosial yang meraih gelar PhD-nya dari Columbia University, New York yang juga pengajar di Universitas Indonesia.
Dalam buku Wabah dan Pandemi, Mereka menjelaskan bagaimana selama berabad-abad manusia telah menghadapi berbagai penyakit menular yang menyebabkan banyak korban jiwa, bahkan memusnahkan sejumlah masyarakat: Cacar, campak, kusta, malaria, polio, HIV, sampai COVID-19.
Dengan vaksin, obat, dan berbagai cara lain, kita berusaha mengendalikan dan berharap memberantas penyakit menular.
Dan saat ini, pemerintah pun sudah menggenjot habis-habisan masyarakat untuk segera vaksin demi bisa terselenggara strategi pemerintah untuk bisa hidup berdampingan dengan pandemi.
"Keseragaman, semua harus divaksin dan pakai masker itu ditangani habis-habisan," ucap Dr. Roby Muhamad saat zoom berlangsung.
Meski begitu tak bisa dipungkiri jika kegiatan vaksin menuai pro dan kontra. Karena menurut Dr. Ines Atmosukarto pelaksanaan kegiatan vaksin sulit dilakukan.
"Masyarakat memang masih bisa diatur. Kalau memang kembali ke sesuatu yang dimasukan ke badan memang paling sulit. Saya rasa mungkin salah satu alasan timbul di negara maju karena orang sudah lupa dari penyakit itu, generasi kita uda engga pernah melihat orang yang kena polio, kena campak," ujar Dr. Ines.
Lebih lanjut, penolakan vaksinasi diakibatkan korban dari keberhasilan vaksin itu sendiri.
"Gerakan anti vaksin adalah korban dari keberhasilan vaksin sendiri. Karena vaksin menurunkan berbagai penyakit di negara-negara maju tersebut maka generasi sekarang lupa efek dari penyakit tersebut sehingga mereka merasa untuk apa vaksinasi," terang Dr. Ines.
Padahal ketidaktahuan atau bahkan kebebalan dalam menghadapi penyakit menular bisa tak kalah mematikan dengan penyakit itu sendiri.
Buku Wabah dan Pandemi menyajikan tinjauan atas perjuangan manusia melawan penyakit menular hingga saat ini, berikut penjelasan berbagai istilahnya seperti wabah, epidemi, pandemi, isolasi, kekebalan kelompok, dan lain-lain.
Ditunjukkan juga bahwa penanganan penyakit menular bukan hanya soal medis, melainkan juga punya aspek sejarah, politik, sosial, dan lain-lain.
(*)
Ngamuk Saat Tak Diberi Uang, Pengemis di Bogor Ini Malah Ketahuan Lagi Top Up: Ngegas Gak Dikasih
Penulis | : | Anggita Nasution |
Editor | : | Nurul Nareswari |