Memperhitungkan faktor genetik dan lingkungan dari anak, penelitian ini menegaskan adanya bukti kuat dan konsisten secara statistik bahwa anak dengan orangtua perokok kronis memiliki probabilitas mengalami stunting 5,5 persen lebih tinggi dibandingkan anak dengan orangtua bukan perokok.
Untuk pencegahan, tentu kebiasan yang tumbuh semenjak masa remaja ini harus dihentikan agar anak Indonesia terbebas dari Stunting.
Apalagi permasalahan ini sangatlah serius bahkan bisa menentukan masa depan anak bangsa.
"Sesuai arahan Presiden Jokowi Widodo, prevalensi stunting harus turun 14% pada tahun 2024. Kementerian Kominfo fokus untuk kampanye terukur di 260 Kabupaten/Kota prioritas."
"Fokus kami salah satunya melalui digital campaign tentang meningkatkan kesadaran publik terkait pencegahan stunting," terang Kepala Subdirektorat Informasi dan Komunikasi Kesehatan, Direktorat Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Marroli J. Indarto dalam keterangan tertulisnya terkait stunting, Kamis (23/1/2020).
Untuk itulah demi masa depan anak bangsa lebih cerah tanpa stunting, tindakan untuk mengurangi jumlah perokok aktif di Indonesia harus dilakukan.
Apalagi berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) 2018, prevalensi merokok pada remaja usia 10 sampai 18 tahun mengalami peningkatan sebesar 1,9% dari tahun 2013 (7,20%) ke tahun 2018 (9,10%).
Fitri Salhuteru Spill Bukti Chat dengan Sepupu Matthew Gilbert, Sebut Nikita Mirzani Tak Dapat Restu hingga Putus
Source | : | tribunnews,Nakita |
Penulis | : | Rissa Indrasty |
Editor | : | Nurul Nareswari |