3. Aset dan kewajiban
Kedua pasangan mungkin sudah memiliki beberapa aset yang mereka bawa ke dalam pernikahan dan berpotensi memiliki utang.
Aset mungkin termasuk mobil, rumah, rekening tabungan, dan rekening investasi.
Sedangkan kewajiban dapat terdiri dari pinjaman mahasiswa, hipotek, atau tagihan kartu kredit.
Kedua pasangan harus tahu persis apa yang dibawa masing-masing, karena utang dan aset akan memengaruhi kebiasaan belanja dan kualifikasi pinjaman bersama.
Pasangan harus berbagi jumlah utang masing-masing, mendiskusikan rencana pembayaran, dan apakah menangani utang sendiri atau bersama-sama.
4. Gabungkan keuangan setelah menikah
Haruskah menggabungkan kehidupan finansial sebagai pasangan?
Putuskan bersama apa yang masuk akal bagi kamu dan pasangan.
Misalnya, kamu dapat memiliki beberapa akun bersama, tetapi tetap memiliki akun terpisah pula.
Baca Juga: Tolong Catat Baik-baik! Ini 5 Cara Mengatur Uang Sebelum Resign, Jangan Sampai Nyesel Belakangan
5. Anggaran bulanan
Gunakan tujuan keuangan yang ditetapkan untuk menentukan jenis anggaran bulanan, lalu setujui batas pengeluaran.
Kamu dan pasangan akan merevisi anggaran selama pernikahan, jadi tidak perlu sempurna saat baru pertama kali.
Akan tetapi, pastikan dapat melacak pengeluaran dan mengukur keberhasilan anggaran.
Kemudian, putuskan siapa yang menangani manajemen finansial dan pembayaran tagihan.
6. Evaluasi asuransi
Asuransi adalah bagian penting dari kedewasaan, terutama setelah menikah.
Kemudian, rencana warisan juga ide baik dan harus mencakup surat wasiat yang menentukan aset dan perwalian anak-anak nantinya.
(*)
3 Bulan Nunggak SPP, Siswa SD Duduk di Lantai Jadi Tontonan Teman Sekelas, Pagi sampai Siang Tak Boleh Duduk di Bangku
Source | : | Kompas.com,The Balance |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Devi Agustiana |