Laporan Wartawan Grid.ID, Mahdiyah
Grid.ID - Lagu berjudul Genjer-genjer memang selalu identik dengan G30S PKI.
Pada saat kejadian G30S PKI, lagu ini menjadi populer dan dinyanyikan oleh banyak orang.
Mengutip KOMPAS.com pada Rabu (29/9/2021), lagu yang identik dikaitkan dengan G30S PKI ini merupakan lagu ciptaan Muhammad Arief.
Lagu ini sebenarnya menggambarkan betapa menderitanya rakyat Indonesia pada saat zaman penjajahan Jepang.
Sedangkan, genjer sendiri merupakan sayuran yang dikonsumsi oleh rakyat pada zaman penjajahan Jepang.
Padahal, makanan ini biasanya digunakan untuk pakan bebek dan memiliki rasa yang pahit.
Lalu, bagaimana nasih Muhammad Arief yang telah menciptakan lagu tersebut?
Baca Juga: Burhan Kampak, Algojo Asal Yogyakarta yang Membasmi Para Komunis dan Miliki Lisensi Membunuh
Mengutip TribunJambi.com pada Rabu (29/9/2021), sang pencipta lagu, Muhammad Arief menghilang pasca kejadian G30S PKI.
Putra Muhammad Arief, Sinar Syamsi menceritakan bahwa sang ayah awalnya hanya pamit untuk keluar rumah.
Namun, ayahnya justru ditangkap oleh Corps Polisi Militer atau yang kerap disebut CPM.
"Bapak ditahan tentara, dan itu terakhir saya bertemu dengan dia. Sempat dengar, katanya bapak dipindah ke Kalibaru, dan dengar lagi bapak sudah dipindah ke Malang," jelasnya.
Meski pernah mengunjungi sang ayah bersama ibunya, Syamsi mengaku tak mengetahui keberadaan ayahnya kini.
"Teman bapak yang cerita. Sampai saat ini saya tidak tahu bapak ada di mana. Dia tidak pernah kembali," lanjutnya.
Tak hanya itu, mengutip KOMPAS.com pada Rabu (29/9/2021), Syamsi mengatakan bahwa masih ada yang melempari rumahnya dengan batu.
"Kasihan ibu saya. Stigma sebagai keluarga PKI membuat ia tertekan. Ibu meninggal pada tahun 1997. Sampai hari ini, sering ada yang melempari rumah menggunakan batu. Saya kepikiran untuk menjual rumah ini, dan pindah ke mana gitu. Capek dicap sebagai keluarga PKI," ujarnya saat ditemui KOMPAS.com pada 2014 lalu.
Dirinya juga mengaku sudah berkali-kali di-PHK karena statusnya sebagai anak pengarang lagu Genjer-genjer.
Bahkan, dirinya sempat ingin pindah negara karena tekanan yang ia rasakan selama ini.
"Saya bekerja ke sana kemari, selalu saja diberhentikan. Saya sampai stres. Akhirnya sempat jualan, tetapi ya sama saja. Sempat terpikir saya pindah negara agar tidak mengalami tekanan seperti ini," lanjutnya.
Sedangkan, istri dan anak-anaknya tinggal terpisah dengannya.
Sejarah lagu itu pun tak ayal juga ikut mempengaruhi kehidupan keluarganya.
"Mereka tinggal di sana. Kasihan jika tinggal di Banyuwangi, mereka tertekan karena dicap PKI. Kalau bisa, mereka tidak perlu mengaku sebagai anak saya. Sekarang mereka sudah bekerja," sambung Syamsi.
(*)
Viral, Pernikahan Ini Sajikan Menu Mie Instan untuk Undangan yang Datang padahal Tajir, Tamu: Kami Juga Bawa Bekal Sendiri
Penulis | : | Mahdiyah |
Editor | : | Nurul Nareswari |