Anak Nia Daniaty Depresi Dituding Jadi Calo CPNS, Masalah Kesehatan Jiwa yang Populer dalam Tiga Dekade Terakhir Ini Ternyata Berdampak Buruk Bagi Kehidupan

Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Dienfitri

Grid.ID - Dituding jadi calo CPNS, anak Nia Daniaty, Olivia Nathania, kini mengalami depresi.

Kuasa hukum Olivia Nathania alias Oi, Susanti Agustina, menjelaskan kliennya merasa tertekan.

"Ya pastinya depresi lah ya," ujar Susanti Agustina saat ditemui Grid.ID di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (5/10/2021).

"Kan mental itu misalnya kita melakukan sesuatu terus tiba-tiba dipelintir sedikit lalu ter-blow up banyak kan pastinya psikisnya berat juga," terangnya.

Akibat merasa depresi, mantan putri sambung pengacara Farhat Abbas ini pun absen dalam agenda pemanggilan pemeriksaan.

Belakangan ini, isu kesehatan mental seperti depresi mulai disadari banyak orang.

Padahal sebelumnya, isu kesehatan mental terkesan dikesampingkan atau disepelekan orang-orang.

Baca Juga: Bantah Agustin sebagai Korban Olivia Nathania, Kuasa Hukum Putri Nia Daniaty Sebut Pelapor Bekerjasama dengan Kliennya dalam Kasus Dugaan Penipuan Calo CPNS

Melansir kompas.com berdasarkan Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan Indonesia, depresi adalah masalah kesehatan jiwa yang banyak dialami masyarakat dunia dalam tiga dekade terakhir.

Depresi bisa mempengaruhi cara orang berpikir, merasa, dan bertindak.

Depresi juga dapat berdampak pada kesehatan fisik dan berbagai aspek dalam kehidupan seseorang.

Menurut Medical News, depresi cenderung lebih tinggi dialami oleh orang yang mengalami stres kronis.

Untuk menghindari stres, bisa melakukan cara sederhana seperti cukup tidur dan istirahat, berlatih latihan pernapasan dan meditasi, serta berolahraga secara teratur.

Selain itu, membatasi waktu pemakaian media sosial juga dapat membantu mencegah depresi.

Sebisa mungkin jauhi lingkungan pertemanan yang dipenuhi orang toxic.

Baca Juga: Menantu Nia Daniaty Disebut-sebut Lakukan Penipuan CPNS Bersama Olivia Nathania, Begini Nasib Karier Rafly Noviyanto Tilaar Sebagai ASN

Pasalnya, riset 2012 membuktikan bahwa interaksi sosial negatif (berhubungan dengan orang toxic) bisa meningkatkan protein sitokin.

Protein sitokin bisa meningkatkan peradangan di tubuh dan memicu depresi.

Karenanya, memiliki sistem pendukung yang kuat dan kehidupan sosial yang aktif penting untuk kesehatan mental kita.

Penelitian menunjukkan bahwa memiliki dukungan sosial yang 'memadai' dapat melindungi diri dari depresi.

 

(*)

 

PROMOTED CONTENT