Saat itu, sistem pemesanan ojek online harus diperantarai seorang narahubung dari pihak Go-Jek.
"Itu, kan, belum pakai aplikasi, by phone. Jadi kita ditelepon call center, ditawarkan orderan, mau ambil atau tidak."
"Jadi kalau mau diambil, dikirim alamatnya (pemesan). Jadi begitu awal mulanya," ujar Mulyono.
Selain bedanya sistem pemesanan, ia juga menceritakan bahwa jaket Go-Jek dahulu tidak berwarna hijau seperti sekarang ini.
Warna jaket atau seragam untuk mitra atau pengemudi Go-Jek dulunya berwarna abu-abu.
Intimidasi dan pengalaman
Pria kelahiran Sragen tersebut lalu menceritakan, tranformasinya dari seorang pengemudi ojek pangkalan menjadi pengemudi ojek online menemui jalan berliku.
Belum banyaknya pengemudi ojek online di Jakarta dan sekitarnya dahulu membuat Mulyono mendapatkan berbagai intimidasi, khususnya dari para pengemudi ojek pangkalan.
Intimidasi yang paling menakutkan adalah saat dirinya diancam dengan golok oleh sejumlah tukang ojek pangkalan.
"Kami sering banget diintimidasi sama (pengemudi) opang-opang. Saya pernah ditimpuk, saya di Graha Raya pernah dikalungin golok, tetapi saya pasrah, saya mencari nafkah dan tidak mengganggu," ujar Mulyono.
Bahkan dirinya pernah dikejar segerombolan tukang ojek pangkalan, saat ia menerima pesanan di Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Source | : | Intisari Online |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |