“Lalu aku dan Zack banyak bahas soal ini, kita harus ikut jadi ARMY dan BLINK untuk masuk dan melihat sejauh apa Mikha menyukai KPOP,” paparnya lagi.
Dengan begitu, Nafa dan Zack bisa membatasi dan mencari jalan agar putrinya lebih tertarik dengan hal-hal lain.
“Contoh kita support Mikha untuk baking terus supaya dia gak melulu ke KPOP. Ini hal kecil yang kita latih,” tulis Nafa.
Seperti yang kita ketahui, banyak sekali anak yang kemudian menjadi fans fanatik terhadap sesuatu yang disukai atau diidolakannya.
Menurut psikolog sekaligus dosen Fakultas Psikologi UNPAD, Esti Wungu, fanatisme terhadap idola sebenarnya tidak selamanya buruk.
Esti berpendapat bahwa pada taraf tertentu, fanatisme terhadap idola atau selebriti bisa memotivasi dan membantu perkembangan individu.
“Namanya manusia ya, ketika kita merasa senasib, itu kan bisa membantu kita ya. Kalau misalnya, oh, dulu idolanya itu suka di-bully, oh sekarang dia udah jadi berhasil. ‘Oh, saya sekarang lagi di-bully gitu ya, pasti saya bisa ngelewatin ini, karena idola saya aja bisa.’ Bagus kan, kalau kayak gitu? Menguatkan,” ujar Esti, yang dikutip dari laman Ketik Unpad.
Meski demikian, fanatisme ini bisa berubah menjadi negatif apabila seseorang menjadi berlebihan terhadap idolanya dan tidak lagi memiliki pemikiran kritis (critical thinking).
Oleh karena itulah, Esti menyarankan agar seseorang tetap menyukai sang idola dengan positif sehingga dapat menjadikan idolanya contoh dan motivasi.
“Menyukai sesuatu, gak apa-apa. Tapi menyukai itu, ya itu tadi, menyukai apanya? Dan tidak hanya tampilannya doang ya, citranya doang, tapi di belakangnya itu apa,” tutupnya. (*)
Nyesek, Talitha Curtis Ungkap Ibu Kandungnya Kerja di Dunia Malam hingga Hamil: Aku Sempat Digugurin
Source | : | Instagram,Ketik.unpad.ac.id |
Penulis | : | Ragillita Desyaningrum |
Editor | : | Ragillita Desyaningrum |