Kebanyakan penjual menggunakan nama lain untuk menyebut plasenta, untuk lolos dijual di situs itu.
Plasenta seharusnya dibuang sebagai limbah medis, menurut Huang Chengsheng, dokter yang sudah enam tahun bekerja di bagian kebidanan, Rumah Sakit Rakyat ke-6 di Shanghai China.
Menurut dr Huang, banyak ibu baru yang memilih mengambil kembali plasenta untuk dimakan.
Banyak wanita berasal dari China, terutama lansia, berpikir bahwa makan plasenta itu baik karena kaya nutrisi.
Seorang wanita bermarga Chen, yang memiliki bayi berusia 22 bulan di Provinsi Shaanxi, barat laut China.
Ia mengatakan, sebelum dia melahirkan, baik ibu mertuanya maupun ibunya sendiri menyuruhnya untuk menjaga plasenta.
Kedua wanita itu ingin makan plasenta untuk menguatkan tubuhnya.
Setelah melahirkan, Chen memutuskan untuk membuang plasenta.
"Aku tidak ingin ibuku memakan plasenta. Itu mengerikan," katanya.
Seorang ibu lain di Shanghai mengatakan bahwa setelah melahirkan, dia membawa plasenta ke toko dekat rumah sakit.
Di sini, plasenta disiapkan dalam bentuk bubuk lalu ditutup menjadi kapsul.
Source | : | Intisari.id |
Penulis | : | None |
Editor | : | Nisrina Khoirunnisa |