Pada sesi pertama ada Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Utara, Henry Richard Willard Kaitjily; Pakar Kepariwisataan Politeknik Negeri Manado, Prof. Bet El Silisna Lagarense; Pengamat Pariwisata Bahari Christian Fenie; dan Jurnalis Ekspedisi Wallacea Kompas, Aries Prasetyo.
Sementara pada sesi kedua, Kepala Pengembangan Proyek PT MPRD, Paquita Widjaja Rustandi; Peneliti dan Budayawan Minahasa Paul Richard Renwarin; Indonesian Chef & Gastronaut, Ragil Imam Wibowo; Direktur Penjualan dan Pemasaran Pacto DMC, Wayan Suwastana; dan CEO Plataran Yozua Makes
Para pembicara dalam konferensi ini sepakat bahwa jika ada satu hal yang bisa mengangkat pariwisata Likupang, maka itu adalah tentang sebuah cerita, seperti yang disampikan Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan Kemenparekraf/Baparekraf, Rizky Handayani.
Satu destinasi wisata boleh saja elok dan mengundang banyak wisatawan, namun jika dikemas dalam satu cerita yang terstruktur, jelas, mengena, dan mudah dipahami maka destinasi itu akan naik ke tingkat lebih tinggi. Contoh saja dalam urusan memanjakan lidah. Sudah bukan rahasia lagi bahwa Sulawesi Utara dianugerahi beragam kuliner sedap. Hanya saja sedap saja tak cukup.
Pakar Kepariwisataan Politeknik Negeri Manado, Prof. Bet El Silisna Lagarense mengatakan penyampaian cerita ini sangat penting untuk ditonjolkan, maka para pramuwisata adalah ujung tombaknya.
"Pramuwisata berinteraksi langsung dengan para wisatawan, menceritakan kisah-kisah yang baru dan menarik sehingga membentuk pengalaman wisata yang positif. Tak hanya para pramuwisata, tapi cerita-cerita juga bisa juga didapatkan dari para penduduk setempat. Pariwisata tak hanya butuh dukungan pemerintah, tapi juga dari masyarakat sekitar," ujarnya.
Sementara, Kepala Pengembangan Proyek PT. MPRD, Paquita Widjaja Rustandi, menekankan kunci atraktif sebuah destinasi adalah konten. Menurutnya semua kawasan harus punya cerita tentang destinasinya, sehingga orang mau melakukan kunjungan wisata.
"Setidaknya ada dua cerita yang harus dikembangkan bersama oleh pemerintah dan warganya yaitu cerita tentang manusia dan cerita tentang budaya Likupang," ungkapnya.
Salah satu cerita yang bisa diangkat adalah fakta letak Likupang, dan Sulawesi secara umum di garis Wallacea. Wartawan Ekspedisi Wallacea Kompas, Aries Prasetyo menjelaskan bahwa di Sulawesi kita dapat menemukan fauna endemik yang tak bisa ditemukan di pulau manapun di dunia, antara lain tarsius, anoa, dan burung maleo. Kita layak berterima kasih kepada Alfred Russel Wallace, naturalis Inggris yang menjelajahi Sulawesi pada 1856, 1857, dan 1859.
“Wallace ini pencetus teori evolusi, lebih dulu daripada Charles Darwin. Namun memang orang memang lebih mengenal Darwin dan karyanya Origins of Species”, Aries menjelaskan.
Penulis | : | None |
Editor | : | Nira Emily |