Sementara itu, akademisi muslim dari IAIN Surakarta, Dr Aris Widodo menyarankan untuk mencatat setiap utang puasa.
Melansir dari Tribunnews.com, Dr Aris Widodo mengatakan, hal tersebut sebagai langkah antisipasi jika ke depannya seseorang lupa dengan jumlah utang puasanya.
Sehingga, jika orang itu lupa dengan jumlah utang puasanya, ia dapat melihat catatan tersebut.
Hal ini sesuai dalam surat al-baqarah ayat 282 yang berbunyi:
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu melakukan utang piutang untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya."
Namun, jika seseorang tak mencatat dan lupa berapa jumlah utang puasanya, maka orang tersebut bisa mengambil jumlah yang lebih banyak.
Hal ini merujuk pada Hadist Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
"Apabila diantara kalian lupa atau ragu tentang sholatnya, maka hendaklah dia membuang keraguan itu dan mengambil yang yakin."
Dr Aris Widodo lalu menjelaskan, dalam hal kaitanya dengan puasa, maka bisa mengambil beban yang lebih banyak.
Ia memberi contoh, apabila seseorang ragu hutang puasanya 7 atau 8 hari, maka dianjurkan untuk mengambil yang 8 hari.
"Karena kita akan merasa akan yakin dengan itu, kita menutup yang tujuh, sekaligus yakin dengan yang delapan," kata Aris yang dikutip Grid.ID dari Tribunnews.com, Senin (7/3/2022).
Hal tersebut juga sesusai dengan kutipan hadist, "Da'maa yuribuuka ila maa laa yuribuka" yang artinya tinggalkan hal-hal yang meragukanmu.
Maka dapat ditarik kesimpulan, cara untuk membayar utang puasa Ramadan tahun lalu yang lupa jumlahnya adalah dengan berpuasa sejumlah angka terbesar.
Misalnya, jika ragu memiliki utang puasa antara 4 atau 5 hari, maka dianjurkan untuk membayarnya dengan mengambil jumlah angka terbesar, yakni puasa 5 hari.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Rizqy Rhama Zuniar |
Editor | : | Ayu Wulansari K |