Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Dienfitri
Grid.ID - Sebuah aksi nekat dilakukan seorang jurnalis asal Perancis yang menyusup ke sarang ISIS.
Saat berhasil menyamar jadi salah satu simpatisan ISIS, jurnalis tersebut justru dibuat terheran-heran.
Menurutnya, ISIS sama sekali tidak mencerminkan Islam.
Mengutip The Independent, jurnalis itu menyusup dan berbaur bersama dengan para simpatisan ISIS dalam jaringan teror bawah tanah di Paris.
Mengejutkan, karena menurut dia, para simpatisan ISIS itu sama sekali tidak paham soal Islam.
Menggunakan nama samaran Ramzi, jurnalis tersebut mengaku tidak melihat 'Islam' selama enam bulan penyamarannya.
Dia hanya menemukan para pemuda yang tersesat, frustrasi, memiliki kecenderungan bunuh diri, dan sangat mudah dicuci otaknya.
Investigasi yang dilakukan Ramzi berlangsung antara musim panas 2015 hingga Januari 2016 silam.
Dia mengaku sangat mudah menghubungi kelompok yang menyebut diri sebagai 'Tentara Allah' di Facebook itu.
Ramzi juga mengklaim telah merekam banyak peristiwa dalam kelompok itu menggunakan kamera tersembunyi, termasuk rapat perencanaan serangan di sebuah kelab malam.
Ramzi mengatakan, kala itu jaringan tersebut dipimpin oleh pemuda berusia 20 tahun bernama Ossama.
Dia sempat ditolak masuk angkatan bersenjata Prancis.
Mengagetkan, alih-alih Islam taat, Ossama pernah menjadi pemuja setan atau Satanis, dan dia adalah seorang pecandu alkohol.
Ossama memulai jaringan ini setelah berkenalan dengan kelompok Islam radikal di internet.
Dia pernah dipenjara selama 6 bulan setelah ketahuan mencoba bergabung dengan ISIS.
Dia dibebaskan dan wajib lapor setiap hari ke pos polisi.
Dalam sebuah rekaman tersembunyi, Ossama terlihat tersenyum saat membayangkan dirinya ditembak mati oleh polisi.
"Syuhada tidak merasakan sakit. Kita harus menyerang pangkalan militer."
"Ketika mereka makan, mereka berbaris, atau jurnalis. BFM iTele, mereka berperang melawan Islam," kata Ossama dalam rapat itu.
"Seperti yang mereka lakukan kepada Charlie [Hebdo]. Kau harus menyerang mereka di jantungnya."
"Serang mereka tiba-tiba. Mereka tidak terlindungi. Ribuan warga Prancis harus mati," lanjut dia.
Ramzi sendiri berusia 29 tahun, dan dia adalah seorang muslim.
"Saya tidak pernah melihat Islam dalam jaringan ini. Tidak ada niat mereka mengubah dunia."
"Hanya para pemuda yang tersesat, frustrasi, memiliki kecenderungan bunuh diri dan sangat mudah dimanipulasi."
"Mereka tidak beruntung lahir di masa keberadaan ISIS. Sangat menyedihkan."
"Mereka adalah para pemuda yang mencari sesuatu, dan malah ini yang mereka temukan," lanjut dia.
Baca Juga: Kisah Pilu Wanita yang Jadi Budak Seks ISIS, Tak Sadar Makan Bayinya Sendiri Dihidangkan dengan Nasi
(*)
5 Minyak Aromaterapi yang Cocok untuk Mandi, Aromanya Menenangkan dan Membantu Meredakan Stres Usai Beraktivitas
Source | : | The Independent |
Penulis | : | Annisa Dienfitri |
Editor | : | Ayu Wulansari K |