Sedangkan untuk pahala dan berkah di dalamnya, orang tersebut tak mendapatkannya.
Ini sama halnya dengan orang yang melakukan salat malam, namun hanya mendapatkan rasa kantuk saja.
Penjelasan serupa pun dikemukakan Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Dr H Syamsul Hidayat.
Mengutip dari Kompas.com, Dr. H. Syamsul Hidayat mengatakan, berbohong di bulan Ramadan tidak membatalkan puasa.
Namun, hal itu dapat mengurangi pahala dari puasa yang sedang dijalankannya.
"Berbohong tidak membatalkan tapi akan mengurangi (pahala), bahkan menggerus nilai puasa hingga nol," kata Syamsul yang dikutip Grid.ID dari Kompas.com, Kamis (7/5/2020).
"Puasanya tetap sah tapi tak bernilai," imbuhnya.
Hal itu bahkan telah dijelaskan dalam hadis dari Rasulullah SAW berikut:
"Orang yang tidak menjauhi perkataan dusta dan mengamalkan dustanya, maka tak ada hajat bagi Allah untuk menilai puasanya meski ia bersusah payah seharian menjauhi makanan dan minuman," (HR. Bukhari).
Selain itu, Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan zur (dusta atau perkataan dan perbuatan bohong), maka Allah tidak berkepentingan sedikitpun terhadap puasanya," (HR. Al-Bukhari).
Meski tidak membatalkan puasa, namun berbohong tetap saja merupakan perbuatan yang tercela.
Selain itu, puasa juga akan menjadi sia-sia apabila seseorang berbohong di bulan suci Ramadan yang penuh berkah.
(*)
Lyodra dan Randy Martin Suap-suapan Manja, Definisi 'Malu Malu Tapi Nyaman' Jadi Kenyataan
Source | : | Kompas.com,Tribunnewswiki.com |
Penulis | : | Rizqy Rhama Zuniar |
Editor | : | Silmi |