Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Indonesia memiliki banyak masjid indah dan kaya sejarah.
Bahkan, masjid-masjid ini juga menjadi saksi perkembangan Islam di Indonesia berabad-adab yang lalu.
Salah satu masjid yang memiliki sejarah menarik adalah Masjid Agung Demak.
Mengutip Kompas.com, Masjid Agung Demak ada pada masa Kerajaan Demak pada abad ke-15 Masehi dan dibangun oleh Raden Patah dan para Walisongo lainnya
Nah, sebagai salah satu masjid tertua di Indonesia, Masjid Agung Demak disebut menjadi tempat berkumpulnya para Walisongo saat menyebarkan agama Islam di Jawa, loh.
Berlokasi di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, arsitektur masjid ini sangat kental dengan budaya tradisional Indonesia.
Atapnya berbentuk limas yang sederhana tapi tampak megah dan indah.
Dikutip Grid.ID dari Tribunnews Wiki, masjid dibangun diatas lahan seluas 12.752,74 m2 dengan luas bangunan utamanya yaitu 537,5 m² dan luas serambinya 497 m2.
Mengenai sejarah, Masjid Agung Demak sangat berkaitan erat dengan keberadaan Kerajaan Demak yang muncul pada akhir kejayaan Kerajaan Majapahit.
Bukan hanya menjadi pusat pemerintahan, Demak saat itu sekaligus menjadi pusat penyebaran agama Islam di pulau Jawa.
Saat itu, berita-berita tahun pembangunan masjid Agung Demak dikaitkan dengan pengangkatan Raden Patah sebagai Adipati Demak pada tahun 1462, serta pengangkatannya sebagai sultan Demak Bintara tahun 1478 M.
Dalam sejarah, disebut bahwa Majapahit jatuh di tangan Prabu Girindrawardhana dari Kediri.
Khafid Kasri menyebutkan bahwa Raden Patah menangguhkan penyerangan yang kedua dan melanjutkan mendirikan masjid Kadipaten Demak bersama para walisongo yang sudah dimulai pada tahun 1477 M/ 1399 S.
Ternyata Raden Patah menyesali kekhilafannya tersebut karena terbawa hawa nafsu mengadakan penyerangan kepada pasukan Girindrawadhana, tanpa mengukur kekuatan pasukan musuh terlebih dahulu.
Akibatnya memang banyak korban yang gugur di pihak pasukan Bintaro.
Setelah penyerangan tersebut, para wali menyarankan pun Raden Patah untuk melanjutkan pembangunan masjid Agung Kadipaten yang belum selesai sambil menjajagi kekuatan musuh.
Akhirnya, Raden Patah menerima saran tersebut kemudian melanjutkan pembangunan masjid Kadipaten Demak dan menunda merebut tahta Majapahit yang dikuasai Prabu Girindrawardana.
Baca Juga: Masya Allah, Indahnya Masjid Al-Alam Kendari, Masjid Terapung yang Punya Desain Memukau di Atas Laut
Akan tetapi, dengan syarat mustaka masjid yang akan dibuat nanti bentuknya runcing mirip angka satu arab (ahad).
Adapun persyaratan itu sebagai lambang kejantanan bahwa Demak berani menghadapi pasukan Majapahit.
Hingga saat ini Masjid Agung Demak menjadi salah satu tempat tujuan wisata ziarah utama di Pulau Jawa.
(*)
Dulu Tinggal di Pelosok Nusantara, Betrand Peto Ngaku Tak Pernah Makan Apel, Kini Bisa Makan Sekali Langsung 4 Kilo
Source | : | Kompas.com,Tribunnewswiki |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Devi Agustiana |