"Luka bakarnya 32,5 persen. Sekarang tinggal menunggu tangan kiri, leher dan dada. Kalau yang kaki, tangan kanan, dan muka sudah kering. Kondisinya sadar, tapi di hari 1-13 kemarin benar-benar nggak bisa apa-apa, baru hari ke 14 mulai bisa makan, meski harus bubur itu," tutur Purwito, ayah korban.
Meski ramai dikabarkan bahwa masalah diawali perkara jual beli knalpot, menurut Suwito kejadian ini juga dipicu masalah jual beli ikan.
Menurut Purwito, ketika itu salah satu teman korban ingin membeli knalpot dengan harga murah dan sudah diberikan.
Namun, mereka kemudian juga meminta ikan yang dijual dengan harga mahal secara cuma-cuma.
Sayangnya, ikan yang dimaksud sudah terjual dan Dimas menawari temannya untuk memilih ikan lain.
Dua orang temannya bersedia memilih ikan lain, tapi salah satu teman yang berinisial JA justru tak terima dan emosi.
JA pun nekat menyiram korban dengan bensin dan membakar tubuhnya lalu kabur bersama dua teman lain.
Baca Juga: Sadis! Perkara Jual Beli Knalpot, Seorang Mahasiswa di Yogyakarta Dibakar Hidup-hidup oleh Temannya
Akibat luka bakar yang diderita Dimas, orang tuanya harus menanggung biaya rumah sakit yang tak sedikit.
Bahkan kisarannya mencapai Rp 100 juta hingga Rp 180 juta rupiah.
Karena luka akibat peristiwa kriminal tak ditanggung BPJS, Purwito sampai harus mengumpulkan sumbangan lewat salah satu platform khusus donasi.
Purwito berharap agar pelaku segera ditangkap.
Ia dengan tegas menolak damai dan ingin pelaku segera mendapatkan hukuman.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribunnews.com |
Penulis | : | Mentari Aprelia |
Editor | : | Nesiana |