Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Kejadian bunuh diri yang dilakukan mahasiswa S2 ITB bernama Muhtar Amin (25) sempat membuat geger.
Muhtar Amin memutuskan mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di kamar kosnya.
Warga Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah ini telah menempuh pendidikan Sarjana Teknik Elektro angkatan tahun 2014.
Saat ditemukan wafat, Muhtar Amin masih terdaftar sebagai mahasiswa semester dua.
Muhtar melanjutkan pendidikan pascasarjana di ITB jurusan Mikro Elektronika tahun 2018.
Melansir laman Kompas.com, Muhtar tewas gantung diri di kamar indekosnya, yang terletak di Jalan Sadang Hegar, Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Selasa (3/9/2019) sekitar pukul 17.15 WIB.
Dikutip dari laman TribunJabar.com, Kamis (5/9/2019), polisi menemukan pesan terakhir Muhtar yang ditulis pada aplikasi catatan di laptop miliknya, yang ditemukan masih menyala.
"Sorry everyone, I just can't take it anymore (maaf semuanya, aku sudah tidak tahan lagi)," terang Kapolsek Coblong AKP Auliya Djabar terkait tulisan yang ditinggalkan Muhtar.
Tak hanya itu saja, Auliya mengungkapkan bahwa saat Muhtar melakukan hal nekat tersebut, mahasiswa ITB ini sengaja memutar lagu sendu.
Lagu tersebut berjudul Will The Circle Be Unbroken, yang merupakan original soundtrack (OST) game Bioshock Infinite.
"Terlihat di laptopnya, korban sedang mendengarkan lagu untuk Ost sebuah game dari YouTube," imbuh Auliya.
Polisi juga menemukan obat untuk depresi di kamar Muhtar.
Tuntutan kehidupan, terutama pendidikan yang tinggi memang membuat sebagian orang terbebani hingga merasa depresi.
Dikutip Grid.ID melalui Kompas.com, Sabtu (14/5/2022), Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Teddy Hidayat mengatakan bunuh diri di kalangan akademisi bisa dicegah dengan advokasi pada pihak penentu kebijakan di perguruan tinggi dan pemerintah daerah.
Advokasi dilakukan agar kampus mengakui, kesehatan jiwa termasuk bunuh diri merupakan masalah yang memerlukan perhatian dan komitmen untuk menanggulanginya.
Kemudian lakukan assesment dan mengidentifikasi permasalahan.
Lalu buat alur rujukan dan pelayanan termasuk pembiayaan mulai dari kampus hingga ke tepat pelayanan kesehatan jiwa.
“Ada kampus di Kota Bandung yang memberi layanan kesehatan jiwa untuk mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan sebesar 50 persen. Bagi yang keuangannya terbatas dibebaskan biayanya,” ucapnya.
Upaya penting lainnya adalah pelatihan mental health first aid atau pertolongan pertama pada krisis mental dan bunuh diri. Pelatihan singkat ini berjalan 8-16 jam.
Pelatihan dirancang bukan untuk melatih peserta menjadi terapis, tetapi memberi peserta pengetahuan mengenai tanda-tanda krisis mental seperti bunuh diri, mencederai diri, dan panik.
“Juga dipelajari keterampilan membantu seseorang yang tengah mengalami krisis mental sampai dapat diatasi,” tuturnya.
(*)
Source | : | Kompas.com,Tribun Jabar |
Penulis | : | Rissa Indrasty |
Editor | : | Ayu Wulansari K |