Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Melakukan hubungan intim lazimnya dilakukan oleh sepasang suami istri.
Namun, hal berbeda justru dilakukan oleh seorang kakek berusia 68 tahun.
Dimana kakek bernama Khong tersebut terciduk berhubungan intim dengan hewan, yaitu sapi.
Dikutil Grid.ID melalui Suar.id, Kamis (19/5/2022), Kong ditangkap polisi Songkhla, Thailand, pada Jumat (30/8/2019) silam.
Kong ketahuan telah merudapaksa seekor sapi hitam berumur dua tahun.
Perilaku bejatnya itu dilakukan di sebuah hutan, Jumat (30/8/2019) pukul dua siang waktu setempat.
Awalnya, penduduk desa melaporkan aksi Kong kepada staf radio di kantor polisi Songkhla.
Polisi kemudian membawanya untuk diinterogasi.
Hal itu juga dilakukan untuk mencegah penduduk desa yang ingin menyerang Kong atas apa yang telah ia lakukan.
Baca Juga: 'Biar Rileks' Punya Masalah Demam Panggung, Dimas Anggara Dapat Motivasi dari Pijatan 30 Orang
Ketika diinterogasi polisi, Kong justru tersenyum. Ia mengakui, dirinya memang telah merudapaksa sapi itu.
Kong juga mengatakan, dia telah dua kali merudapaksa sapi itu sebelumnya. Namun, dia tidak pernah tertangkap.
Kong pergi ke hutan dan mengambil sapi yang sedang makan rumput.
Dia kemudian mengikatnya ke pohon untuk mencegah sapi itu lari.
Sementara itu, Kong hanya didenda 300 Baht (sekitar 140 ribu Rupiah) dan dibebaskan.
Dikutip Grid.ID melalui Kompas.com, Kamis (19/5/2022), seseorang yang lebih suka bercinta dengan binatang di sebut juga dengan zoophilia.
Meski perilaku tersebut sering dianggap kelainan atau gangguan, namun sebenarnya hal itu adalah orientasi seksual alami seseorang.
Orientasi seksual seseorang pada dasarnya bermacam-macam, ada yang menyukai lawan jenis (heteroseksual), sesama jenis (homoseksual), atau ada yang terangsang melihat benda tertentu, termasuk menyukai binatang.
"Manusia itu sebenarnya omni seksual alias ke mana saja bisa. Bahkan ada orang yang naik libidonya melihat jembatan."
"Makanya ada orang yang menikah dengan pohon atau anjingnya," kata dr.Roslan Yusni Hasan Sp.BS yang akrab disapa dokter Ryu.
Walau demikian, menurut dr.Ryu, normal tidaknya orientasi seksual itu dibatasi secara moral oleh manusia.
"Orientasi seksual manusia adalah variasi dari otaknya yang dipengaruhi oleh banyak hal."
"Apa yang terjadi saat perkembangan otak di kandungan, misalnya hormon tertentu yang lebih tinggi, infeksi, dan sebagainya ikut berpengaruh pada orientasi seksual seseorang," kata dokter yang banyak meneliti kerja otak ini.
Karena orientasi seksual itu merupakan bakat bawaan atau kecenderungan sejak lahir, menurut dr.Ryu, agak sulit mengubahnya.
"Ada orang yang senangnya asin, manis, atau asem, itu kan kecenderungan, tidak ada yang perlu diubah," ujarnya.
Ia mengatakan, dalam ilmu kejiwaan modern sejak tahun 1980-an, orientasi seksual yang berbeda-beda ini tak lagi dianggap sebagai kelainan.
"Disebut gangguan itu kalau yang bersangkutan merasa terganggu. Lagi pula yang banyak itu bukan berarti yang normal."
"Misalnya kalau kebanyakan orang hidungnya mancung apakah yang pesek itu tidak normal?"
"Dalam populasi heteroseksual, pasti ada yang menghasilkan keturunan homoseksual, ini hanya soal variasi saja," imbuhnya.
Kembali kepada kecenderungan untuk bercinta dengan binatang, menurut dr.Ryu hal tersebut bisa jadi masalah jika dilakukan di sebuah negara yang memiliki undang-undang perlindungan hewan.
"Kalau ada undang-undangnya maka perilaku itu bisa dianggap kejahatan," katanya.
(*)
Tangis Nunung Pecah saat Singgung Soal Kariernya di Dunia Hiburan, Sebut Perannya Kini Sudah Tergantikan
Source | : | Kompas.com,Suar.grid.id |
Penulis | : | Rissa Indrasty |
Editor | : | Mia Della Vita |