"Selama 14 hari, Allah memberikan waktu kepada kita untuk memberikan petunjuk kepada kita untuk mengambil pelajaran dari apa yang kita lihat, dengar, dan luangkan," ujarnya.
Ia pun mengakui bahwa penantiannya menunggu jenazah sang putra hingga ditemukan membuatnya merasa lelah.
"Dalam rentang 14 hari yang sejujurnya sangat melelahkan, namun kami pun banyak mendapat pelajaran dan kearifan," sambungnya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa Eril meninggal dalam usia yang terlibang masih muda.
Namun, kehidupan mendiang sudah penuh dengan manfaat bagi dirinya dan orang lain.
"Tentang hidup Eril yang secara kasat mata rasanya terlalu singkat, tapi setelah dicermati ternyata kehidupannya sangat padat penuh manfaat," lanjutnya.
"23 tahun mungkin belum cukup untuk menghasilkan karya-karya yang besar, namun terbukti ternyata memadai untuk menjadi manusia yang dicintai dengan akbar," sambungnya.
Ridwan Kamil pun juga mengungkap bahwa ia dan keluarga sudah sempat menyiapkan diri jika memang jenazah mendiang putranya tidak bisa ditemukan.
"Kami mengikhlaskan Eril pergi karena kami akhirnya menyadari bahwa Allah telah mencukupkan seluruh amal-amalnya untuk menutupi kemungkinan bertambah kekhilafannya," kata Kang Emil.
"Mungkin akan berat, tapi kami sebenarnya sudah menyiapkan hati kalau kami tidak akan pernah melihat lagi jasadnya untuk terakhir kali," jelasnya.
Kendati lahir dan meninggal dunia di luar negeri, Ridwan Kamil menyadari betul bahwa belahan dunia manapun hanyalah milik Allah.
Source | : | Kompas.com,TribunJabar.id |
Penulis | : | Mahdiyah |
Editor | : | Ayu Wulansari K |