”Bapak sudah katarak sejak setahun terakhir dan kesulitan melihat. Makanya, ketika mengetahui ada operasi katarak gratis dan namanya terdaftar, beliau tidak sabar. Menanyakan ini terus,” kata Eli Ismayani (31), warga yang mendampingi Wildan (61), ayahnya.
Para pasien menuturkan, selama ini tidak bisa operasi karena terkendala biaya.
Ali (60), yang pernah operasi katarak untuk mata sebelah kiri, misalnya, harus menunggu tiga tahun sampai mata kanannya dioperasi.
”Dulu bapak bisa operasi mata kiri karena ada BPJS. Tetapi, setelah itu, tidak bisa operasi lagi yang kanan karena sudah tidak sanggup bayar iuran BPJS.”
“Hasil jadi petani tidak seberapa, untuk sehari-hari saja susah,” kata Dedy Iskandar (29), anak Ali.
Oleh karena itu, Ali sangat bersyukur karena ada program operasi katarak dari DKK dan Kementerian Sosial.
”Alhamdulillah,” kata Ali.
Direktur Yayasan DKK Antonius Tomy Trinugroho, yang juga Wakil Redaktur Pelaksana Harian Kompas, mengatakan, DKK melihat NTB sebagai salah satu daerah dengan penderita katarak yang besar.
Di samping itu, antusiasme masyarakat untuk operasi juga tinggi.
”DKK sudah sering mengadakan operasi katarak dengan donasi dari pembaca harian Kompas.”
Penulis | : | Grid |
Editor | : | Okki Margaretha |