Jenderal Nasution lahir di Mandailing Natal, Sumatera Utara, Hindia Belanda pada 3 Desember 1918.
Karir militernya dimulai ketika Nazi Jerman menduduki Belanda dan negara Kincir Angin itu membuka Korps Perwira Cadangan di Hindia Belanda, Nasution kemudian masuk ke korps tersebut.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Nasution kemudian bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) embrio dari TNI.
Kisah Mendebarkan Kapal Selam Indonesia yang Terkepung Armada Gabungan NATO di Laut Mediterania
Karena pengalamannya sebagai seorang perwira di Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL), Nasution kemudian diangkat sebagai komandan Divisi Siliwangi.
Dua tahun menjabat sebagai komandan Divisi Siliwangi, Nasution kemudian ditunjuk sebagai wakil panglima TKR sebagai wakil dari Jenderal Soedirman.
Saat menjadi wakil panglima TKR, Nasution terlibat dalam berbagai palagan pertempuran lainnya termasuk pada Peristiwa Pemberontakan Madiun yang didalangi oleh PKI pada September 1948.
Tiga bulan kemudian tepatnya pada 19 Desember 1948, Belanda melakukan agresi militernya ke ibukota Indonesia di Jogjakarta.
Ia bersama para pasukan TKR mundur ke pedesaan dan melakukan perang gerilya terhadap Belanda.
Nasution juga pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada tahun 1950.
Namun pada 17 Oktober 1952 Nasution dan TB Simatupang mengarahkan moncong meriam pasukannya ke Istana Kepresidenan Indonesia, memprotes campur tangan sipil di tubuh angkatan bersenjata.
Viral Polisi Tembak Polisi, AKP Dadang Iskandar Nekat Tembak Juniornya hingga Tewas, Ternyata Sempat Beri Ancaman Ini ke Polisi Lain
Source | : | cambridge.org,pokok pokok gerilya |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |