Grid.ID - Dengan iklim tropis dan kontur tanah yang bergunung-gunung serta berhutan, menjadikan Indonesia negara yang bisa disebut sebagai zamrud kathulistiwa.
Keadaan alam yang seperti itu membuat strategi pertahanan negara menyesuaikannya.
Jika perang sebelum dan mempertahankan kemerdekaan, maka para pejuang Indonesia selalu menggunakan taktik perang Gerilya.
Perang Gerilya adalah perang berintensitas rendah dan kecil.
Selain itu perang Gerilya dilakukan secara sembunyi-sembunyi, bermobilitas tinggi serta melakukan sabotase dan penyekatan terhadap kekuatan musuh.
Para pejuang Indonesia melakukan perang gerilya karena sadar kekuatan musuh lebih besar dan tak bisa dilawan dengan perang konvensional (langsung).
Tentu Jenderal Soedirman juga melakukan perang gerilya melalui taktik 'Siasat Nomor Satu' saat agresi militer Belanda II berlangsung.
Taktik gerilya jenderal Soedirman berhasil membuat tentara Kompeni stress bukan kepalang karena pertempuran panjang yang berlarut-larut dengan para pejuang Indonesia.
Deretan 7 Sniper Terbaik Dunia, Ada Nama Tentara Indonesia di Dalamnya
Bukan hanya jenderal Sudirman saja yang jago melakukan taktik perang gerilya.
Namun ada satu jenderal lagi yang sangat mahir melakukan perang gerilya, yakni Jenderal Abdul Haris Nasution.
Jenderal Nasution lahir di Mandailing Natal, Sumatera Utara, Hindia Belanda pada 3 Desember 1918.
Karir militernya dimulai ketika Nazi Jerman menduduki Belanda dan negara Kincir Angin itu membuka Korps Perwira Cadangan di Hindia Belanda, Nasution kemudian masuk ke korps tersebut.
Setelah kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, Nasution kemudian bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) embrio dari TNI.
Kisah Mendebarkan Kapal Selam Indonesia yang Terkepung Armada Gabungan NATO di Laut Mediterania
Karena pengalamannya sebagai seorang perwira di Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL), Nasution kemudian diangkat sebagai komandan Divisi Siliwangi.
Dua tahun menjabat sebagai komandan Divisi Siliwangi, Nasution kemudian ditunjuk sebagai wakil panglima TKR sebagai wakil dari Jenderal Soedirman.
Saat menjadi wakil panglima TKR, Nasution terlibat dalam berbagai palagan pertempuran lainnya termasuk pada Peristiwa Pemberontakan Madiun yang didalangi oleh PKI pada September 1948.
Tiga bulan kemudian tepatnya pada 19 Desember 1948, Belanda melakukan agresi militernya ke ibukota Indonesia di Jogjakarta.
Ia bersama para pasukan TKR mundur ke pedesaan dan melakukan perang gerilya terhadap Belanda.
Nasution juga pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada tahun 1950.
Namun pada 17 Oktober 1952 Nasution dan TB Simatupang mengarahkan moncong meriam pasukannya ke Istana Kepresidenan Indonesia, memprotes campur tangan sipil di tubuh angkatan bersenjata.
Aksinya ini membuat Nasution kehilangan jabatannya dan ikatan dinas ketentaraan.
Ketika kehilangan jabatannya di angkatan bersenjata, Nasution kemudian menulis sebuah buku yang ia beri judul 'Pokok-Pokok Gerilja' atau dalam bahasa Inggrisnya 'Fundamentals of Guerilla Warfare.'
Buku ini ia tulis berdasarkan pengalamannya saat berperang dengan taktik gerilya melawan Belanda.
Tak menyangka buku yang ditulis Nasution pada tahun 1953 ini berdampak amat luas dalam taktik militer pada negara-negara lainnya.
Contohnya seorang jenderal kenamaan Vietnam, Vo Nguyen Giap yang menggunakan buku ini sebagai acuan untuk mengalahkan Prancis dan Amerika Serikat yang pernah bercokol di negaranya.
Sejak saat itu buku ini menjadi terkenal dan banyak negara di dunia mencontek taktik perang gerilya karangan Nasution.
Bahkan di West Point (Akademi Militer Amerika Serikat) buku Pokok-Pokok Gerilya menjadi pegangan wajib bagi para taruna-taruninya dalam mempelajari peperangan intensitas rendah ini.(Seto Aji/Grid)
Viral Polisi Tembak Polisi, AKP Dadang Iskandar Nekat Tembak Juniornya hingga Tewas, Ternyata Sempat Beri Ancaman Ini ke Polisi Lain
Source | : | cambridge.org,pokok pokok gerilya |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |