Grid.ID - Kunjungan Perdana Menteri China, Le Keqiang ke Indonesia 6-8 Mei 2018 mempunyai banyak arti bagi hubungan bilateral kedua negara.
Kunjungan kenegaraan itu dimaksudkan untuk memperkuat hubungan China-Indonesia yang sudah terjalin lama.
Pada kunjungan tersebut, PM Le Keqiang bertemu dengan presiden Indonesia untuk menghadiri KTT Bisnis Indonesia-China.
Selain itu Le Keqiang juga meninjau proyek kereta cepat Jakarta-Bandung yang dibangun oleh China Railway.
Kereta cepat itu diproyeksi dapat menempuh jarak Jakarta-Bandung yang berkisar 142 kilometer hanya dalam waktu 36 menit.
Indonesia is building a high-speed rail from Jakarta to Bandung in cooperation with China's help. When the project is completed, China-made high-speed trains will cross the country at the speed of 350 km/h, shortening the journey from 4 hours to astonishing 36 minutes. #TheSpark pic.twitter.com/nD9Zru8FU9
— China Xinhua News (@XHNews) May 7, 2018
Sebelum melaksanakan proyek tersebut, rupanya Negeri Tirai Bambu sudah bekerjasama dengan Indonesia sejak lama.
Contoh terdekat jembatan Suramadu juga dibangun bekerjasama dengan China.
China rupanya sudah melakukan kerjasama dengan Indonesia di tiga bidang, yakni keamanan, ekonomi dan infrastruktur.
Di bidang keamanan, Indonesia dan China bekerjasama dalam pengembangan satelit.
Pihak negeri Tirai Bambu berjanji akan membantu proses peluncuran, operasi dan finansial dalam proyek satelit tersebut.
China juga melakukan kerjasama di bidang pertahanan, yakni proses pembuatan rudal anti kapal C 802 dan C 705 untuk dikembangkan oleh Indonesia menjadi rudal nasional.
Pada sektor infrastruktur selain kereta cepat dan jembatan Suramadu, pemerintah China juga berinvestasi dalam pembangunan 24 pelabuhan, 15 bandara, pembangunan jalan 1.000 km serta rel kereta api sepanjang 8.700 km.
Juga pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35 ribu megawatt.
Untuk sektor perekonomian Indonesia juga melakukan kerjasama perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA).
Gara-gara Tato Henna Palsu, Seorang Turis Wanita Kena Sial Saat Liburan ke Bali
Namun bukan berarti semua kerjasama itu berjalan mulus begitu saja.
Pada pembangunan pembangkit listrik berdaya 35 ribu megawatt itu tidak sesuai harapan pemerintah Indonesia.
Saat kunjungan Joko Widodo ke China pada 2015 lalu, presiden Indonesia itu protes karena proyek pembangunan pembangkit listrik tersebut 'kacrut', daya yang dihasilkan tak sesuai dengan diatas kertas.
Sebab kacrutnya pembangkit listrik itu adalah penggunaan beberapa komponen usang yang seharusnya dalam keadaan baru ketika dibangun.
Untuk perdagangan bebas ASEAN-China pun sebenarnya juga belum menguntungkan Indonesia karena produk dalam negeri kalah bersaing dengan produk negeri Tirai Bambu.
Bahkan China sudah melarang masuknya buah mangga asal Filipina ke negerinya lantaran masalah klaim laut China selatan.
Pada tahun 2000 keatas, ambisi China memang sangat besar dalam ekspansi segala lini ke sejumlah negara.
Hal ini tak lain dari ambisi negeri itu melaksanakan program one belt one road (OBOR) yang berkonsep satu ikatan dan satu jalan kawasan ekonomi.
Hal itu bertujuan memudahkan sirkulasi produk-produk baik buatan China dan kawasan yang dilewati program OBOR menjadi mudah didistribusikan.
Hal ini didasari lantaran pemasukan terbesar China adalah dari produk ekspornya maka dengan adanya OBOR dapat menjamin keberlangsungan ekonomi China dan 'memberi makan' 1.379 miliar jiwa penduduknya.(Seto Aji/Grid)
Tangis Nunung Pecah saat Singgung Soal Kariernya di Dunia Hiburan, Sebut Perannya Kini Sudah Tergantikan
Source | : | Twitter,kompas,Xinhua |
Penulis | : | Seto Ajinugroho |
Editor | : | Seto Ajinugroho |