Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Walau sempat terpuruk karena pandemi, perekonomian Indonesia kini perlahan mulai bangkit.
Tentunya hal ini tidak terlepas dari peran UMKM atau usaha mikro kecil dan menengah dalam menjadi penopang ekonomi Indonesia.
Bahkan, sudah terbukti bahwa UMKM menyumbang produk domestik bruto nasional terbesar yaitu 61,1 %.
Tak lupa juga e-commerce yang turut berperan penting dalam mewadahi pelaku UMKM untuk terhubung dengan pembelinya, terlebih di masa pandemi.
Hal ini juga senada dengan yang dipaparkan oleh Executive Director Lazada Indonesia, Ferry Kusnowo.
“Peran e-commerce atau digital ekonomi selama masa pandemi itu sangat menunjang perekonomian Indonesia,” terang Ferry, dalam acara Sapa Sosok Dua Puluh bersama harian Kompas di Menara Kompas, Palmerah, Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2022).
Ferry juga menuturkan bahwa pertumbuhan pelaku UMKM yang berjualan online pun sangat meningkat selama pandemi yang sudah berlangsung dua tahun lebih.
Fenomena ini sekaligus juga membuktikan bahwa kebutuhan masyarakat Indonesia selama pandemi juga mengalami peningkatan.
“Jumlah seller yang berjualan online itu naik tiga kali lipat selama dua tahun, selama pandemi ini. Jadi kita tahu permintaan masyarakat selama pandemi ini juga makin meningkat dan berbelanja online sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari,” jelasnya.
Tanpa menampik bahwa pandemi merupakan masa kelam, Ferry harus mengakui bahwa pandemi juga yang akhirnya mendukung akselerasi transformasi digital.
Meski pertumbuhannya sangat pesat, Ferry belum bisa mengatakan bahwa Indonesia tengah berada di puncak era ekonomi digital.
Ferry yakin bahwa ekonomi digital Indonesia masih akan terus berkembang pesat karena kesempatan masih terbuka lebar.
Namun, untuk mencapai puncak akselerasi, ternyata Indonesia masih punya banyak tantangan ekonomi digital nasional.
Tantangan ini juga berada dalam ekosistem ekonomi digital yang mencakup penjual, pembeli, talenta e-commerce, hingga logistik.
Menurut Ferry, dalam sisi penjual atau seller, salah satu tantangan terbesar adalah pemahaman dan pengetahuan penjual dalam berjualan online.
“Challengenya adalah bagaimana mereka (penjual) bisa naik kelas. Pengetahuan mereka, mekanik mereka, pemahaman mereka berjualan online harus ditingkatkan dan itu yang menjadi tantangan kita,”
Ferry juga menegaskan perlunya memberikan dorongan kepada penjual untuk selalu berinovasi sampai akhirnya bisa bersaing di luar negeri.
Sedangkan dari sisi pembeli atau buyer, Ferry menyebutkan bahwa pemahaman tentang belanja online bagi konsumen di Indonesia masih kurang.
Oleh karena itu, pembeli masih perlu diberikan edukasi mengenai cara berbelanja online yang nyaman dan aman.
Tak hanya itu, Ferry juga menyinggung kesiapan kerja talenta di Indonesia, terlebih dalam industri ekonomi digital ini.
Bahkan, ada studi yang menunjukkan perbedaan yang sangat jelas antara apa yang diberikan oleh sistem pendidikan Indonesia dan apa yang diharapkan industri.
“Kita juga perlu talenta-talenta yang kenyataannya untuk sekarang ini masih agak susah untuk mencari talenta-talenta itu,” ucap Ferry.
Baca Juga: Pendekatan Hyperlocal, Tokopedia Perluas Jangkauan UMKM di Penjuru Indonesia
Belum lagi tantangan dalam logistik di mana para industri menginginkan adanya regulasi yang lebih jelas dan mumpuni lagi, serta tantangan literasi digital yang masih rendah.
Oleh karena itulah, diperlukan koordinasi dan kerja sama antara para stakeholders untuk mengatasi tantangan-tantangan ini.
Dengan begitu, Indonesia bisa mewujudkan target sebagai negara dengan ekonomi terbesar nomor 4 di dunia pada tahun 2045 nanti.
Baca Juga: Dukung AAJI Kembangkan UMKM di Bali, Allianz Indonesia Gelar Literasi Keuangauntuk Keluarga Muda
(*)
Penulis | : | Ragillita Desyaningrum |
Editor | : | Silmi |