Grid.ID - Pada bulan Agustus 2022, komposer dan pemain perkusi Alex Grillo kembali ke Indonesia untuk membuat sebuah karya pertunjukan Prancis-Indonesia baru dengan mitra seniman historisnya, para musisi dan penari Komunitas Gayam16.
Alex meminta kepada penulis Elizabeth Inandiak untuk menulis opera libretto berdasarkan legenda Bali, Pangeran dan Katak.
Penulis ini khususnya dikenal dengan karyanya Lagu-lagu pulau untuk tidur tegak, adaptasi bebas dari Serat Centhini.
Pertunjukan ini akan tayang perdana pada 20 Agustus 2022 pukul 19:00 di Pendapa Agung Ndalem Mangkubumen sebagai bagian dari Festival Internasional Gamelan Yogyakarta 2022 yang juga edisi ke-27 dan kemudian disajikan dalam tur di Solo (UNS - 22 Agustus), Surabaya (Universitas Ciputra - 24 Agustus) dan Jakarta (Bentara Budaya Jakarta - 27 Agustus), atas prakarsa Institut Français Indonesia.
Ini adalah bentuk opera kecil untuk gamelan, instrumen elektronik, dua penari dan 5 musisi yang salah satunya mengomposisi musik secara real time.
Karya ini menggabungkan dua budaya artistik Perancis dan Indonesia melalui bagian-bagian yang ditarikan, gamelan spasial (interaksi ruang), dan interaksi elektronik real-time dengan Christian Sebille.
Narasinya bi-lingual, dalam bahasa Prancis dan Indonesia, sebagian dinyanyikan dan sebagian dinarasikan, seperti halnya tradisi dramaturgi Jawa.
Pada 18 Agustus, Christian Sebille, direktur GMEM (Pusat Nasional untuk Penciptaan Musik di Marseille, Prancis), menawarkan pertemuan tatap muka mengupas musik elektronik real time di IFI – LIP, Yogyakarta pukul 2 siang. Terbuka untuk umum.
Siapakah Godogan versi abad 21 ini?
Godogan adalah seorang ilmuwan, ahli bioakustik yang mempelajari nyanyian katak.
Baca Juga: Bentara Budaya dan Kebun Raya Bedugul Gelar Workshop Melukis di Atas Daun Kering
Dia menyadari kepekaan batrachian terhadap gangguan lingkungan: dia menyaksikan hilangnya katak emas Monteverde pada tahun 1990, spesies yang secara resmi dinyatakan punah pada tahun 2001.
Dalam salah satu kunjungan lapangannya, katak berubah di depan matanya menjadi Dukun.
Dari persawahan ini dimulailah perjalanan Godogan.
Sejak 1997, dalam konser pertamanya dalam rangka Festival Internasional Gamelan Yogyakarta, Alex telah banyak membuat kreasi gamelan, baik di Prancis dan di Indonesia.
Pada tahun 2019, ia dipesan oleh Radio France untuk memainkan 5 miniatur gamelan, vibraphone, dan elektronik.
Dua kreasi pertunjukan terakhirnya untuk gamelan yang dipresentasikan di Prancis adalah: le Réveil des Grenouilles, yang diselenggarakan di festival Détours de Babel pada September 2021.
Kemudian pada Maret 2022, sejumlah seniman Gayam 16 bergabung dalam etape terakhir dari perjalanan artistik yang diimajinasikan oleh Alex Grillo ini di festival yang sama di Grenoble untuk sebuah pertunjukan dengan profil peserta yang beragam: beberapa dalang, musisi, dan seniman visual menemani anak-anak sekolah dasar dalam konsepsi, kreasi, dan realisasi sebuah opera anak-anak yang bercerita tentang Ramayana.
Produksi The Legend of Godogan ini didukung oleh Institut Français di Paris, Institut Français Indonesia, National Center for Music, SACEM, KBRI Prancis dan SPEDIDAM.
Kolektif artistik REBOND memastikan produksi dan produksi yang didelegasikan.
Co-produsernya adalah Gayam16 Komunitas dan GMEM / Center National de Création Musicale de Marseille (Prancis).
Baca Juga: Merenungkan Dinamika dan Perubahan Dalam Pameran 'Homo' di Bentara Budaya Yogyakarta
(*)
Chandrika Chika Belum Minta Maaf Usai Diduga Aniaya Yuliana Byun, Sang Ayah Datangi Korban
Penulis | : | Grid |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |