Laporan Wartawan Grid.ID, Ragillita Desyaningrum
Grid.ID – Tranformasi digital telah menjadi tuntutan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, serta berperan dalam percepatan pemulihan ekonomi Indonesia.
Sebagai salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia, UKM punya dampak besar pada produk domestik bruto dan lapangan kerja.
Oleh karena itu, penting untuk mendorong transformasi ekonomi digital bagi UMKM dalam panggung presidensi G20.
Setelah melewati fase sulit selama pandemi, UMKM diharapkan bisa memperluas skala usahanya dengan memanfaatkan digitallisasi.
Hal ini penting karena digitalisasi dapat membantu UMKM untuk berkembang dan naik kelas.
Apalagi, pemerintah telah menargetkan bahwa sebanyak 50% atau sekitar 64 juta pelaku UMKM sudah masuk ke dunia digital.
“Target tahun 2022 ini 30% atau 20 juta pelaku UMKM harus on boarding. Dua tahun ke depan, akhir 2024, 50% UMKM kita yang jumlahnya 64 juta itu harus on boarding (digital),” jelas I Nyoman Adhiarna, Ketua Tim Pelaksana DEWG G20 di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (27/9/2022).
Sayangnya, fakta di lapangan menyebutkan bahwa UMKM masih memiliki banyak kendala untuk beralih ke digital.
Selain infrastruktur yang tidak merata, rendahnya literasi digital pada pelaku UMKM juga menjadi kendala.
Menurut Ferry Kusnowo, Executive Director Lazada Indonesia, banyak pelaku UMKM yang terkendala akses pengetahuan untuk masuk platform digital.
Tak hanya itu, pelaku UMKM yang sudah masuk platform digital juga kurang pandai mengoptimalisasi fitur yang ada sehingga bisnis onlinenya sulit berkembang.
Baca Juga: Dalam Rangka World Clean Up Day, Kebun Raya Bogor Ajak Masyarakat Bersih-bersih Sungai Ciliwung
“Kita harus membantu UMKM menjadi makin melek digital dan mereka jadi makin tahu cara berjualan online dengan baik,” kata Ferry Kusnowo.
Hal lain yang perlu diperhatikan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya adalah kualitas pelaku UMKM dalam transformasi digital ini.
Pasalnya, data yang ada menunjukkan bahwa kebanyakan pelaku UMKM yang ada di marketplace masih bertindak sebagai reseller dan bukan produsen.
Bahkan, menurut Temmy Satya Permana, Asisten Deputi Pembiayaan dan Investasi UKM, Kemenko UMKM, kebanyakan produk yang dijual adalah produk import.
“Sampai dengan Juni 2022 sudah ada 11 juta pelaku UMKM sudah masuk ekosistem digital, akan tapi kebanyakan dari mereka masih sebagai reseller, bukan sebagai produsen. Dan konyolnya lahi yang diperjualbelikan kebanyakan produk import,” jelas Temmy.
Fakta ini semakin membuktikan bahwa kualitas pelaku UMKM yang masuk ke ekosistem digital juga merupakan persoalan yang penting.
Oleh karena itu, diperlukan sinergi pemerintah, pihak swasta, dan stakeholder lainnya untuk segera mengatasi tantangan ini.
(*)
Anaknya Pergoki Suami Selingkuh di Rumah Saat Ia Pergi Umroh, Selebgram Ini Akhirnya Usir Meski Belum Cerai: Temenin Tuh Pacar Lu
Penulis | : | Ragillita Desyaningrum |
Editor | : | Nesiana |