Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Marifah
Grid.ID - Kabar duka datang dari dunia sepak bola Tanah Air.
Sebanyak 127 orang meninggal dunia saat kerusuhan Aremania di stadion Kanjuruahan Malang, Jawa Timur.
Melansir akun Twitter @RezqiWahyu_05, mengungkap kronologi kerusuhan ini.
Kericuhan ini disebut Rezqi Wahyu terjadi saat pertandingan Arema dan Persebaya selesai.
"Hingga peluit ahir dibunyikan arema tidak bisa menambah golnya, dan harus menerima kekalahan," tulis Rezqi Wahyu.
"Di sinilah awal mula tragedi dimulai. Setelah peluit di bunyikan, para pemain Arema tertunduk lesu dan kecewa," sambungnya.
Salah satu Aremania tak terima dan nekat masuk mendekati pemain bola.
"Pelatih Arema dan manager tim mendekati tribun timur dan menunjukkan gestur minta maaf ke supporter," tulis Rezqi Wahyu.
"Disisi lain, ada 1 orang supporter yang dari arah tribun selatan nekat masuk dan mendekati Sergio ilva dan Maringa. Terlihat sedang memberikan motivasi dan kritik kepada mereka," sambungnya.
Tak sampai di situ, Rezqi Wahyu mengungkap bahwa kritikan semakin memanas saat supporter lain ikut meluapkan kekecewaan.
Tal sedikit pula yang melempar barang-barang hingga pemain bola digiring masuk ke ruang ganti.
"Namun, semakin banyak mereka berdatangan, semakin ricuh kondisi stadion karena dari berbagai sisi stadion juga ikut masuk untuk meluapkan kekecewaannya ke pemain," tulis Rezqi Wahyu.
"Diikuti dengan lempar-lempar berbagai macam benda ke arah lapangan, dan para suppoter yang semakin tidak terkendali," tulis Rezqi Wahyu.
"Akhirnya pemain di giring masuk kedalam ruang ganti dengan kawalan pihak berwajib," lanjutnya.
Saksi mata ini juga menyebut bahwa aparat keamanan ikut menertibkan kerusuhan ini dan memukul mundur para supporter.
Tapi Rizqi Wahyu menilai bahwa perlakuan aparat sangat kejam dan sadis seperti dipukul dengan penting dan dikeroyok.
"Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para supporter, yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, dipentung dengan tongkat panjang, 1 supporter dikeroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," tulis Rezqi Wahyu.
"Tapi saat aparat memukul mundur supporter di sisi selatan, supporter dari sisi utara yang menyerang ke arah aparat," lanjutnya.
"Karena semakin banyaknya supporter yang masuk ke lapangan dan kondisi sudah tidak kondusif," sambungnya.
Kerusuhan ini pun semakin tak terkendali saat supporter menyerang dari sisi selatan dan utara.
Tak sampai di situ, aparat keamanan juga menembaki gas air mata
"Aparat menembakkan beberapa kali gas air mata ke arah suppoter yang ada di lapangan," tulis Rezqi Wahyu.
"Silih berganti supporter menyerang aparat dari sisi selatan dan utara," sambungnya.
"Yang ahirnya, selain hujan lemparan benda dari sisi tribun, di dalam lapangan juga terjadi aksi tembak-tembakanan gas air mata ke arah supporter," sambungnya.
Dilansir Grid.ID dari Kompas.com pada Minggu (2/10/2022), kerusuhan ini terjadi saat pertandingan Arema FC vs Persebaya.
Pertandingan ini terjadi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu malam (2/10/2022).
Kerusuhan ini terjadi saat Arema FC kalah kandang dengan Persebaya dengan skor tipis 2-3.
Kekalahan ini membuat Aremania meradang dan emosi hingga sempat mengejar pemain yang berlarian ke dalam ruang ganti.
Sebanyak 3000 supporter diperkirakan turun ke lapangan saat kerusuhan ini.
Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta menyatakan bahwa penembakan gas air mata ke tribun penonton sudah sesuai prosedur.
"Para supoter berlarian ke salah satu titik di Pintu 12 Stadion Kanjuruhan. Saat terjadi penumpukan itulah, banyak yang mengalami sesak napas," kata Nico dalam konferensi pers di Mapolres Malang.
Nico juga menyayangkan 127 orang tewas dalam kerusuhan ini.
"Seandainya suporter mematuhi aturan, peristiwa ini tidak akan terjadi. Semoga tidak terjadi lagi peristiwa semacam ini," kata Nico.
(*)
Viral, Pembeli Curhat Disuruh Bayar Biaya Pakai Sendok dan Garpu Saat Makan di Warung Mie Ayam, Nota Ini Jadi Buktinya
Source | : | Kompas.com,Twitter |
Penulis | : | Annisa Marifah |
Editor | : | Silmi |