Bukan keindahan visual lazim yang dikejar, tapi ekspresi spontan yang jujur.
Gambar-gambar yang dibuatnya menampakkan kemurnian bertutur yang bersahaja.
Proses kreatif Pak Wi dapat digolongkan sebagai "the outsider art" atau seni liyan karena dikerjakan oleh kalangan dari luar komunitas yang lazim menekuni seni--katakanlah mereka yang belajar seni secara akademik atau nyantrik dari seniman senior.
Karya jenis ini kadang juga disebut "art brut" atau seni karya penyandang gangguan mental. "Art brut" berasal dari Bahasa Prancis, yang mengacu pada bentuk seni yang kasar ("rough art") dan mentah ("raw art").
Semangat ini selaras dengan pernyataan terkenal dari seniman asal Jerman, Joseph Beuys, bahwa “Everyone is an artist” (semua orang pada dasarnya adalah seniman).
Maksudnya, dengan kadar dan takaran berbeda, setiap individu memiliki kecenderungan untuk menekuni proses kreatif.
Kenangan dan ingatan tentang masa lalu yang menyenangkan muncul menjadi salah satu gelagat yang dijadikan pondasi kalangan psikiater dan menyebut Pak Wi mengidap skizofrenia residual (Residual Schizophrenia).
Ini salah satu dari lima subtipe skizofrenia. Bila ditilik lebih jauh, beberapa potongan masa lalu Pak Wi yang menggembirakan itu adalah penolong baginya.
Dari gambar-gambar yang muncul, seolah ada kesan Pak Wi ingin mengulang masa-masa itu atau mengingat kembali perasaan nyaman dan menggembirakan itu di masa sekarang.
Ekspresi karyanya yang cenderung apa adanya dan infantil, bisa dibaca sebagai kepolosan dan kejujuran masa kanak-kanak itu.
Ibarat fosfor dan masa remaja adalah cahaya, Pak Wi menyerap cahaya tersebut dan memantulkannya kembali ketika berada dalam kegelapan, dalam dekapan skizofrenia. Pelan-pelan, dunianya yang gelap dalam dekapan skizofrenia itu menjadi terang.
Baca Juga: Syukuran 40 Tahun, Bentara Budaya Berkomitmen Menjadi 'Hub' Budaya Nusantara
Gunung Raung Erupsi Sehari Sebelum Natal, Pendaki Dengar Suara Ngeri ini dan Buru-buru Selamatkan Diri
Penulis | : | Grid |
Editor | : | Okki Margaretha |