Laporan Wartawan Grid.ID, Devi Agustiana
Grid.ID – Kini, banyak orangtua kian mengkhawatirkan kesehatan anak-anaknya akibat fenomena gagal ginjal akut.
Apalagi angka pasien gagal ginjal akut terus meningkat setiap hari.
Mengutip Kompas.com, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tercatat menerima pasien rujukan gangguan ginjal akut (acute kidney injury/AKI) misterius mencapai 49 kasus.
Data tersebut terhitung sejak Januari 2022 hingga Kamis (20/10/2022).
Adapun tingkat kematian pasien rujukan itu lebih tinggi dari 50 persen.
Sedangkan untuk jumlah balita yang sembuh setelah mendapat perawatan sebanyak 7 orang.
Kepada Grid.ID, dokter Spesialis Anak, dr. S.T. Andreas Cristan Leyrolf, M.Ked (Ped), turut buka suara.
Menurutnya, penyakit gagal ginjal akut atau biasa disebut acute kidney injury terjadi karena ada kerusakan ginjal.
Kerusakan tersebut disebabkan akibat infeksi virus, bakteri, hingga penyebab lainnya.
Dr. Andreas menjelaskan bahwa gejala penyakit ginjal misterius ini sama dengan penyakit ginjal pada umumnya.
Adapun salah satu gejala yang bisa dilihat dari produksi urine atau intensitas anak buang air kecil.
Gangguan bisa terjadi pada aliran darah ke ginjal (prerenal), pada ginjal (intrarenal), dan penyumbatan di aliran urine (postrenal).
Lantas, adakah cara mencegah kerusakan ginjal pada anak?
Menurut dr. Andreas ada tiga hal yang perlu diperhatikan.
1. Makanan seimbang
Anak harus diberikan makanan seimbang. Makanan terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak dengan komposisi sesuai.
2. Jangan diberikan obat tanpa resep dokter
Apabila anak sakit, tidak dianjurkan mengonsumsi obat warung yang tidak direkomendasikan oleh dokter.
3. Jangan berikan vitamin berlebihan
Sebaiknya jangan memberi vitamin yang sebenarnya tidak bermanfaat bagi anak.
Sebab hal itu akan mengganggu sirkulasi pada ginjal.
“Sebenarnya nggak perlu (vitamin), kecuali vitamin D, zat besi.”
“Karena vitamin itu bisa didapatkan dari makanan, dengan syarat makanannya harus terpenuhi dengan seimbang, karbohidrat, protein, lemak. Kalau makanannya nggak terpenuhi baru boleh ditambahkan (vitamin) dengan syarat konsultasi ke dokter,” pungkas dr. Andreas.
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Devi Agustiana |