Setelah itu, Ahmad Syahrul memastikan bahwa jenazah tersebut masih hidup atau sudah mati.
"Saya bilang udah nggak ada nadinya. Saya bilang, 'izin Pak, sudah tida ada,' lalu dibilang, 'pasti mas?' 'Pasti Pak.' Lalu dibilang, 'yaudah Mas, minta tolong dievakuasi,' terus saya bilang, 'izin saya ambil kantong jenazah,' 'emang ada kamu kantong jenazah?' Saya bilang ada. Yasudah saya gelar kantong jenazah disitu ada tulisan Korlantas Polri, saya bilang, 'izin saya dari Mitra kepolisian Jaktim untuk evakuasi TKP kecelakaan,' katanya, 'oh mitra polisi, yaudah minta tolong ini dievakuasi,'" cerita Ahmad Syahrul.
Ahmad Syahrul tak bisa memastikan darah yang keluar di wajah Brigadir J dari hidung atau bukan, lantaran jenazah ditutupi masker.
"Saya nggak ngerti (darah) apa keluar dari kepala, atau genangan darah, karena itu juga wajah ditutup masker, saya nggak buka-buka Yang Mulia," ungkap Ahmad Syahrul.
Kendati demikian, Ahmad Syahrul melihat ada luka di dada Brigadir J.
"Dada Yang Mulia, luka tembak, bolong Yang Mulia," ungkap Ahmad Syahrul.
Jenazah Brigadir J pun dibawa ke RS Polri tanpa menyalakan sirine ambulance.
"Pas saya mau nayalain lampu ambulans, 'tahan dulu Mas,' nunggu arahan aja, nanti dikawal," tutup Ahmad Syahrul.
(*)
Penulis | : | Rissa Indrasty |
Editor | : | Silmi |