Laporan Wartawan Grid.ID, Rissa Indrasty
Grid.ID - Richard Eliezer, Kuat Ma'aruf dan Ricky Rizal disatukan dalam sidang agenda pemeriksaan 12 saksi atas kasus pembunuhan berencana yang menewaskan Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J, Senin (7/11/2022).
Namun, dari 12 saksi yang hadir saat itu, hany 5 orang saksi yang hadir di persidangan saat itu.
Salah satu saksi yang hadir yaitu pengendara ambulance, Ahmad Syahrul, yang membawa jenazah Brigadir J ke Rumah Sakit.
Dalam kesaksiannya, Ahmad Syahrul mengaku mendapat telepon dari Call Center untuk melakukan penjemputan.
"Saya dapat telepon dari call center saya PT Bintang Medika, jam 19.08 WIB saya dikirimin share location lokasi penjemputan. Lalu saya prepare untuk jemput lokasi. Saya belhm tahu saat itu lokasi maps, lalu jam 19.13 ada nomor tak dikenal WA saya minta ahare lokasi, lalu jam 19.14 saya kirim shareloc," ungkap saksi pengemudi ambulance, Ahmad Syahrul, saay dipantau Grid.ID di persidangan Oengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (7/11/2022).
Sesampainya di lokasi, Ahmad Syahrul mengaku kaca mobil ambulance diketuk oleh orang tak dikenal yang mengarahkannya untuk menuju rumah dinas Duren Tiga.
"Kemudian saya jalan dari Tegal Parang menuju ke lokasi penjemputan yang dikirim lalu sampe di Siloam Duren Tiga, ada orang nggak dikenal ketik kaca mobil. 'Mas, mas, sini mas, saya yang pesen ambulans,' beliau naik motor, masuk komplek ada gapura, disitu ada anggota Provos, lalu saya distop, 'mau kemana dan tujuan apa,' 'permisi saya dapat arahan untuk jemput, titik lokasi saya kasih unjuk lihat', katanya, 'yasudah Mas, masuk aja lurus matiin sirine dan protokol ambulansnya dimatikan.'
Lalu sampai di titik penjemputan saya diarahkan parkir mobil, mobil itu untuk masuk garas, sesudah saya parkirkan di lokasi, saya turun buka pintu belakang, dikarenakan disitu ada 2 mobil, jadi tempat tidur ambulans nggak muat, saya ambil tandu untuk evakuasi," ungkap Ahmad Syahrul.
Setelah itu, Ahmad Syahrul diminta untuk melakukan evakuasi dan terkejut menemukan mayat Brigadir J.
"Saya posisinya depan kaca belakangnya kolam ikan, saya berdiri diam nunggu arahan. Menunggu, 'Mas minta tolong evakuasi,' saya bilang yang sakit yang mana pak,' katanya ikutin aja. Saya ikuti police line, lalu saya terkejut di samping tangga ada jenazah," ungkap Ahmad Syahrul.
Setelah itu, Ahmad Syahrul memastikan bahwa jenazah tersebut masih hidup atau sudah mati.
"Saya bilang udah nggak ada nadinya. Saya bilang, 'izin Pak, sudah tida ada,' lalu dibilang, 'pasti mas?' 'Pasti Pak.' Lalu dibilang, 'yaudah Mas, minta tolong dievakuasi,' terus saya bilang, 'izin saya ambil kantong jenazah,' 'emang ada kamu kantong jenazah?' Saya bilang ada. Yasudah saya gelar kantong jenazah disitu ada tulisan Korlantas Polri, saya bilang, 'izin saya dari Mitra kepolisian Jaktim untuk evakuasi TKP kecelakaan,' katanya, 'oh mitra polisi, yaudah minta tolong ini dievakuasi,'" cerita Ahmad Syahrul.
Ahmad Syahrul tak bisa memastikan darah yang keluar di wajah Brigadir J dari hidung atau bukan, lantaran jenazah ditutupi masker.
"Saya nggak ngerti (darah) apa keluar dari kepala, atau genangan darah, karena itu juga wajah ditutup masker, saya nggak buka-buka Yang Mulia," ungkap Ahmad Syahrul.
Kendati demikian, Ahmad Syahrul melihat ada luka di dada Brigadir J.
"Dada Yang Mulia, luka tembak, bolong Yang Mulia," ungkap Ahmad Syahrul.
Jenazah Brigadir J pun dibawa ke RS Polri tanpa menyalakan sirine ambulance.
"Pas saya mau nayalain lampu ambulans, 'tahan dulu Mas,' nunggu arahan aja, nanti dikawal," tutup Ahmad Syahrul.
(*)
Penulis | : | Rissa Indrasty |
Editor | : | Silmi |