Bendera Sang Saka Merah Putih sempat dirobek menjadi dua bagian karena situasi mendesak.
Pada 4 Januari 1946, Presiden, Wakil Presiden dan para menteri pindah ke Yogyakarta karena keamanan para pemimpin RI tidak terjamin di Jakarta.
Bendera pusaka dibawa dan dikibarkan di Gedung Agung. Pada 19 Desember 1948, Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda.
Baca Juga: Kunci Jawaban Materi Kelas 3 SD, Kenapa Nyamuk Menyedot Darah dan Berdengung di Dekat Telinga?
Presiden Soekarno menyelamatkan Bendera Sang Saka Merah Putih dan mempercayakan kepada ajudan Presiden Husein Mutahar.
Husein Mutahar mengungsi dengan membawa bendera tersebut.
Agar terbebas dari penyitaan Belanda, Husein Mutahar melepaskan benang jahitan untuk memisahkan bagian merah dan putih.
Kemudian membawa masing-masing bagian dalam dua tas terpisah.
Pada Juni 1949, Presiden Soekarno meminta kembali bendera pusaka dari Husein Mutahar.
Husein Mutahar menjahit kembali bagian merah dan bagian putih yang terpisah.
Bendera Sang Saka Merah Putih disamarkan dengan bungkusan koran.
Lalu diserahkan kepada Soejono untuk dikembalikan kepada Presiden Soekarno di Bangka.
Pada 6 Juli 1949, Presiden Soekarno bersama Sang Saka Merah Putih tiba dengan selamat di ibu kota Republik Indonesia di Yogyakarta.
Pada 17 Agustus 1949, bendera pusaka kembali dikibarkan di halaman depan Gedung Agung Yogyakarta.
Sejak 1958, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 40 tentang Bendera Kebangsaan Republik Indonesia, bendera merah putih pertama ditetapkan sebagai Bendera Pusaka.
Selama 1946-1968, Sang Saka Merah Putih dikibarkan hanya pada 17 Agustus saja.
(*)
2 Tahun Diselingkuhi, Istri Sah Nekat Bawa Tulisan Ini ke Konser yang Dihadiri Pelakor dan Suaminya
Source | : | Kompas.com,Vox |
Penulis | : | Mia Della Vita |
Editor | : | Nesiana |