Dalam kaitan ini muncul suara dan saran agar Sintong menemui Bambang ke Jakarta, karena putra ketiga Soeharto ini mempunyai masalah di Bali.
Namun, Sintong tidak mau pergi ke Jakarta untuk sekadar bertemu anak Soeharto.
Apabila Presiden/Panglima Tertinggi ABRI, Menteri Hankam, Panglima ABRI atau KSAD yang memerlukan Sintong pergi ke Jakarta, ia pasti akan berangkat langsung pada kesempatan pertama.
Namun, jika yang memerlukan adalah putra Presiden Soeharto, ia tak mau datang karena tidak ada jalur komando.
Ia berpendirian bahwa jika Bambang ingin bertemu dengan Sintong, dialah yang harus datang ke Bali.
Akhirnya Bambang datang ke Bali dengan didampingi oleh Rosano Barack.
Dalam pertemuan bertiga itu, Sintong mengatakan bahwa ia adalah jenderalnya Presiden Soeharto.
"Saya mengagumi Soeharto dan harus mendukung beliau sebagai presiden," tegas Sintong.
Namun, Sintong mengingatkan Bambang Trihatmodjo bahwa Soeharto tidak selamanya berada di atas.
"Kalau Bambang Tri tidak mulai baik-baik sejak sekarang, seandainya terjadi apa-apa terhadap Soeharto nanti, maka Bambang Tri akan mendapat masalah. Orang pertama-tama lari, ya dia ini," kata Sintong sambil menunjuk pengusaha Rosano Barack.
Ia bertujuan mengawal nama baik Soeharto dalam langkah bisnis Bambang Trihatmodjo.
Beberapa tahun kemudian setelah turunnya Soeharto dari kursi kekuasaan, Rosano bertemu dengan Sintong.
Rosano berkata, "Memang benar perkiraan Pak Sintong. Setelah Soeharto jatuh, orang-orang semua lari meninggalkan Soeharto dan keluarga. Tapi, saya tidak."
Sintong mengakui bahwa hal yang dikatakan Rosano Barack itu benar.
Artikel ini telah tayang di GridHot.ID dengan judul, Setia Dampingi Keluarga Cendana di Masa Jatuh-jatuhnya, Mertua Syahrini Jadi Sosok Penting dalam Kesuksesan Keturunan Soeharto, Rosano Barack: Orang-orang Lari, Tapi Saya Tidak
(*)
Source | : | GridHot.ID |
Penulis | : | None |
Editor | : | Fidiah Nuzul Aini |