Selain itu, yakni material helikopter yang cenderung sulit terdeteksi apabila pecah berkeping-keping.
"Kalau heli itu cenderung karena dia gampang bergerak akhirnya dibuat kaca supaya bisa dilihat penggunaan kaca itu yang kami juga menyulitkan untuk diambil karena kalau kita menggunakan magneto meter yang kena itu metalnya. Metalnya heli kecil," kata dia.
"Kita semua berdoa mudah2an cepat selesai karena pencarian ini memang tidak luas daerahnya. Di daerah itu ada beberapa pulau," lanjut dia.
Diberitakan sebelumnya TNI Angkatan Laut (TNI AL) melalui jajarannya Pusat Hidro-Oseanografi TNI Angkatan Laut (Pushidrosal) mengerahkan empat alat canggih untuk membantu Search and Rescue (SAR) Helikopter NBO–105 dengan nomor registrasi P-1103 milik Polri yang jatuh di Perairan Buku Limau, Belitung Timur, Minggu (27/11/2022).
Pertama adalah Multibeam Ecosounder T50P yang digunakan untuk membaca kedalaman dan pendeteksian fitur-fitur bawah air.
Kedua, Conductivity Temperature Density (CTD) yang digunakan untuk koreksi sound velocity.
Ketiga, adalah magneto meter atau alat pendeteksi tingkat magnet.
Keempat, adalah Side Scan Sonar yang digunakan untuk pencitraan bawah air.
Selain alat deteksi bawah air, TNI AL juga mengerahkan KRI Spica-934, KRI Teluk Cirebon-543, KRI Pulau Rangsang-727, KRI Pulau Rengat-711, KRI Karotang-872, KRI Siwar-646, KAL Manau dari Lanal Babel, Pesawat udara (Pesud) CN-235 P-8305 dari Puspenerbal, 1 Tim Tanggap Darurat dari Pushidrosal, dan 12 personel Penyelam TNI AL.
Ketua Pelaksana SAR Helikopter NBO-105 Register P-1103 Kombes Pol Hendrawan mengatakan bahwa KRI Spica dan KRI Teluk Cirebon akan tiba di perairan Burung Mandi, Kecamatan Damar, Kabupaten Belitung Timur sekitar pukul 10.00 WIB.
KRI tersebut diberangkatkan dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
Viral, Pembeli Curhat Disuruh Bayar Biaya Pakai Sendok dan Garpu Saat Makan di Warung Mie Ayam, Nota Ini Jadi Buktinya