- Mereka tidak bertanggung jawab atas perbuatannya, serta menganggap bahwa istri atau lingkungan yang sudah memprovokasi.
- Membuat banyak alasan tentang kekerasan yang dilakukan, seperti menyalahkan alkohol atau stres karena pekerjaan.
- Mengaku kehilangan kontrol ketika sedang marah pada keluarganya, tapi mampu mengontrol kemarahannya ketika berada di antara orang lain.
- Mereka juga cenderung tidak menggunakan kekerasan dalam situasi lain, misalnya ketika sedang bersama teman-teman, atasan, hingga rekan kerjanya.
- Menyalahkan orang lain bila terjadi pembenaran atau penyangkalan kekerasan yang dilakukan.
Ketika hal ini terjadi, yang ada bukanlah cinta antara pasangan, tapi konsep bahwa perempuan adalah makhluk yang lebih rendah.
Menurut mereka, perempuan menjadi obyek yang harus dimiliki dan dikuasai.
(*)
Duduk Lesehan, Nia Ramadhani Buka Bersama Atlet Muda Pencak Silat di Yayasan Yatim Piatu
Source | : | Kompas.com,Grid.ID |
Penulis | : | Devi Agustiana |
Editor | : | Devi Agustiana |