"Kalau datang habis magrib biasanya pulang jam 11 sampai ini toko (minimarket) tutup," sebutnya.
Hasilnya dalam sehari, kata dia, tidak menentu. Tergantung pengunjung minimarket.
"Kadang dapat Rp 30 ribu, kadang juga Rp 50 ribu kalau agar ramai," jelas Emi.
Selain jadi juru parkir, Dewa kata dia, juga nyambil jadi butuh angkat barang di pasar.
"Kalau sekolahnya masuk siang, pagi-pagi dia ke pasar angkat-angkat barang. Kalau masuk pagi, biasa siang dia tetap ke pasar juga angkat-angkat barang," bebernya.
Hasil kerja kasar itu, lanjut Emi dilakoni Dewa demi membantu kebutuhan dapur keluarganya.
Pernyataan EMI selaras dengan pengakuan tetangga Dewa, Samsiah.
Samsiah mengatakan, sejak usia lima tahun Dewa ditinggal sang ibu yang merantau ke Malaysia.
Ia pun hidup bersama ayahnya Kamrin (38) di rumah sang nenek Aminah (60).
"Dia (Dewa) itu sering bantu-bantu untuk beli ikan, beras neneknya kasihan. Hasil parkir-parkir sama angkat-angkat barangnya," ucap tetangga Dewa, Samsiah (50).
Samsiah pun mengaku turut merasa kehilangan atas tewasnya bocah kelas lima SD itu.
Source | : | Tribun-timur.com |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |