Istri Budhi Kurniawan menyampaikan bahwa Buku Merah Kirayu merupakan novel pertama yang Budhi tulis dan diterbitkan lima bulan setelah kepergian almarhum.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun beliau sudah tiada, namun karyanya abadi dan dapat terus dikenang.
Budiman Tanuredjo mengungkapkan bahwa baginya Budhi adalah jurnalis yang totalitas dalam berekspresi.
Baginya, Buku Merah Kirayu terdengar ear-catching karena Budhi menulis buku ini dengan gaya bahasanya sendiri dan ingin menjadi seorang penulis yang mandiri untuk memperjuangkan kegelisahannya.
“Budhi adalah salah satu jurnalis yang jarang karena ide-idenya dan tulisan-tulisannya selalu ada yang mau diperjuangkan.”
“la akan memberikan rohnya, sehingga jurnalisme tidak kosong.”
“Jurnalisme tidak hanya sekadar tulisan, tetapi ada sesuatu yang ingin ia perjuangkan,” ujar Budiman Tanuredjo dalam sesi diskusi.
Ayu Utami yang juga merupakan sahabat Budhi Kurniawan mengekspresikan rasa syukur karena pernah berkesempatan untuk mengenal dekat sosok Budhi sebagai wartawan muda yang punya idealis tinggi.
“Kebersamaan saya dengan Budi sangat istimewa karena itu merupakan momen di mana kita wartawan muda masih punya idealisme yang tinggi.”
“Buku ini adalah kegelisahan apa yang tampak di layar dan apa yang tidak tampak di layar.”
“Terkadang apa yang tampak di TV berbeda dengan apa yang tidak tampak,” pungkas Donal Fariz.
Baca Juga: Awal Tahun 2023 Palmerah, Yuk! Kembali Digelar dengan Tema Besar Kegelisahan
Ngamuk Saat Tak Diberi Uang, Pengemis di Bogor Ini Malah Ketahuan Lagi Top Up: Ngegas Gak Dikasih
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Okki Margaretha |