Alhasil Truong harus banting tulang demi bisa memenuhi semua kebutuhan keluarganya.
Sehari-hari Truong bekerja mengantarkan botol air minum ke pelanggan.
Siang harinya ia akan pergi ke sawah untuk menanam beberapa tumbuhan agar kelak bisa dijual.
Di malam harinya Truong akan bekerja menjadi tukang ojek.
Semua dilakukan Truong agar anak-anaknya tidak mengalami kekurangan dan diejek teman mereka.
Truong memang hampir tidak pernah berada di rumah.
Ia terus bekerja demi mendapatkan uang yang banyak.
Hingga di suatu sore saat Truong pulang ke rumah, ia mendapati putri sulungnya berjongkok di halaman.
Wajah sang anak pucat, tangannya juga memegangi perutnya dan meringis.
Melihat hal itu, Truong langsung berlari menghampiri.