Para perajin yang rata-rata tinggal di pinggiran Yogyakarta dihadirkan dalam Pasar Yakopan.
Barang-barang yang diperjualbelikan antara lain: wayang, buku, batik, lurik, keris, dan berbagai karya rupa lainnya.
Pasar Yakopan juga memberi ruang untuk seni pertunjukan dengan memanggungkan band-band lokal, yaitu Berbunyi Band, Senandika Band, dan Mekar Wangi Band.
Palmerah, Yuk! hari pertama diakhiri dengan sesi “Bincang Sore: Menghidupkan Perjuangan dengan Kata dan Nada”.
Diskusi kali ini fokus pada pembahasan tentang menyuarakan kegelisahan melalui musik bersama Pegiat Seni dan Budaya Paksi Raras Alit dan Musisi Kukuh Prasetya Kudamai.
Kegelisahan tidak melulu mengenai romansa, namun juga mengenai isu-isu terkini berkaitan dengan sosial maupun lingkungan.
Musik tidak hanya menjadi hiburan bagi pendengarnya, lebih dari itu musik dapat menjadi mesin penggerak dan menstimulasi perjuangan sekaligus wujud dari upaya baik.
Pengunjung bisa menikmati Bincang Sore ini sambil berkeliling Pasar Yakopan.
Tak cukup sampai di situ, pengunjung juga dapat menikmati Wayang Limbah Ki Samidjan.
Wayang ini merupakan wadah sosial budaya dan ekonomi kreatif yang mengutamakan nilai 5K (Kemanusiaan, Keberadaban, Keadilan sosio-ekologis, Kesatuan berbangsa-negara, dan Kesejahteraan umum) dalam mewujudkan kebudayaan yang beradab dan peradaban yang berbudaya, mengubah limbah menjadi bernilai tambah, menjadi bagian dari upaya memayu hayuning bawono.
Selain wayang, pengunjung juga dapat menikmati pertunjukan langsung dari Chols Verde.
Baca Juga: Bincang Siang: Menggugat Peran Pers dan Media di Tengah Banjir Informasi bersama Palmerah, Yuk!
Hotman Paris Sebut Razman Kayak Emak-Emak Kampung, Ternyata Imbas Video Serobot Antrean di Bandara!
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Okki Margaretha |