Grid.ID - Masyarakat Indonesia memiliki budaya nyekar atau ziarah makam jelang akhir ramadan atau saat Idul Fitri.
Menurut pendakwah Buya Yahya, hukum ziarah kubur akhir Ramadan atau saat Rari Raya Idul Fitri adalah sunah.
Namun ada syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan ziarah kubur baik di akhir bulan ramadan maupun saat lebaran.
Menurut sang pendakwah, zidarah kubur tidak terikat oleh waktu, jadi bisa dilakukan kapanpun.
Termasuk di akhir bulan Ramadhan atau jelang Hari Raya Idul Fitri.
Meski ziarah boleh dilakukan untuk semua kaum baik laki-laki dan perempuan, tetap ada syarat atau hal yang harus dipatuhi khususnya bagi kaum hawa.
Buya Yahya menjelaskan hukum ziarah kubur adalah sunnah.
Meski sejarahnya, sempat dilarang oleh Nabi Muhammad SAW.
"Ziarah kubur adalah semula dilarang oleh Nabi dan akhirnya dianjurkan, maka ziarah kubur adalah sunnah," jelas Buya Yahya dikuti dari kanal youtube Al-Bahjah TV, Jumat (7/4/2023).
Adapun tujuan utama ziarah kubur adalah mendoakan orang yang meninggal, serta sebagai pengingat bagi yang masih hidup akan kematian dan akhirat.
Berasal dari hukum asalnya yakni sunnah, maka hukum ziarah kubur menjelang Hari Raya Idul Fitri adalah sunnah.
Hukum tersebut tak terbatas pada waktu tertentu, di semua waktu atau hari hukumnya adalah sunnah bagi yang melakukannya.
"Wanita dan pria disunnahkan ziarah kubur, cuma bagi wanita ada aturannya," ucap Buya Yahya.
Ia menguraikan, jika tempatnya tidak terhormat banyak laki-laki atau non mahram dan hanya ada satu wanita sendirian, maka sebaiknya tidak usah dilakukan.
Buya Yahya menegaskan, kaum hawa harus tahu diri untuk tidak berdesak-desakkan meski yang meningggal atau yang diziarahi adalah wali besar, dan sebaiknya diganti dengan berdoa di rumah.
Ia menegaskan untuk tidak menyamakan kondisi di tanah air dengan Mekkah.
"Semula wanita dilarang ziarah kubur, namun Aisyah R.A melakukan ziarah kubur. Jadi wanita boleh ziarah kubur namun harus ada adab, jika tempatnya dekat, aman tidak disitu," paparnya.
Ada adab-adab yang perlu dilakukan saat ziarah kubur, antara lain, saat mengucapkan salam, peziarah dianjurkan menghadap wajah yang didoakan.
Baca Juga: Gala Sky Ziarah ke Makam Vanessa Angel dan Bibi Ardiansyah
Saat berdoa, peziarah menghadap ke arah kiblat.
Pada waktu masuk pintu gerbang pemakaman, hendaknya mengucap salam.
Bacaan salam bisa seperti yang diajarkan Rasulullah, yakni sebagai berikut.
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَيَرْحَمُ اللهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ، وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ بِكُمْ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ
Assalamu'alaikum ahlad-diyaar minal mu'miniina wal muslimiin. Yarhamulloohul mustaqdimiina minnaa wal musta'khiriin. Wa inna insyaa alloohu bikum la-laahiquun. Wa as alullooha lanaa walakumul 'aafiyah.
Artinya: "Semoga keselamatan tercurah kepada kalian, wahai penghuni kubur, dari (golongan) orang-orang beriman dan orang-orang Islam, semoga Allah merahmati orang-orang yang mendahului kami dan orang-orang yang datang belakangan. Kami insya Allah akan menyusul kalian, saya meminta keselamatan untuk kami dan kalian."
"Tapi kalau tempatnya berdesakan menghadap ke mana saja Allah maha tahu sebab kiblatnya doa adalah atas," kata Buya Yahya.
Jika kondisi atau tempat makam ziarah kubur tak memungkinkan untuk melakukan dua adab di atas, doa boleh dilakukan di mana saja.
Sempat dilarang Rasulullah
Pada masa awal-awal Islam, Buya Yahya menceritakan Rasulullah SAW sempat melarang umat muslim untuk tidak melakukan ziarah kubur agar tak menyembah kuburan.
Kemdudian, setelah umat Islam kuat dan tak ada kekhawatiran akan perbuatan syirik, Rasulullah SAW mengizinkan sahabanya melakukan ziarah kubur.
Nabi Muhammad SAW mengizinkan ziarah kubur agar umatnya mengingat kematian dan sebagai amal jariyah bagi orang yang telah meninggal dan didoakan.
Buraidah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Saya pernah melarang kamu ber ziarah kubur. Tapi sekarang Muhammad telah diberi izin untuk berziarah ke makam ibunya. Maka sekarang, berziarahlah. Karena perbuatan itu dapat mengingatkan kamu kepada akhirat." (HR. At-Tirmidzi).
Seseorang yang sudah meninggal biasanya akan didoakan oleh para kerabat dan keluarga.
Kemudian para keluarga juga akan datang lagi untuk berziarah ke makam saudara yang sudah meninggal itu.
Berziarah kubur merupakan kegiatan yang sudah disyariatkan dalam Islam.
Selain untuk mendokan kerabat yang sudah meninggal terlebih dahulu, ziarah kubur juga mengingatkan orang yang ziarah atau peziarah kepada kehidupan setelah alam dunia yaitu alam akhirat.
Ketika saat ber ziarah kubur, apakah penghuni alam kubur tersebut mendengarkan saat diziarahi dan tahu bahwa ada orang datang?
"Kita disunahkan kalau ziarah kubur mengucapkan Assalamualaikum, berarti ini mengisyaratkan mereka mendengar," kata Buya Yahya.
"Mereka mendengarkan salam kita. Jadi masalah mendengarnya orang yang sudah meninggal dunia adalah sudah jelas dan tidak usah ragu lagi," ucapnya.
Buya Yahya menambahkan orang yang mendoakan kerabatnya yang sudah meninggal kalau doanya dari rumah juga sampai.
"Doakan beliau-beliau yang sudah meninggal dunia di manapun Anda berada," lanjutnya.
Lalu Buya menambahkan masalah ziarah kubur yang dianjurkan Nabi untuk mengingatkan akan akhirat.
"Jadi kalau kita ziaraah kubur dan kubur siapa saja untuk mengingatkan akhirat bahwa kita pun akan mati, karena kita semakin dekat dengan kematian," jelasnya.
Selain itu, Buya Yahya mengatakan dengan ziarah kubur, seseorang semakin giat dalam beribadah dengan memanfaatkan waktu yang tersisa.
Memanfaatkan hembusan nafas yang masih ada, menjauhi kemaksiatan. Kemudian setelah itu mendoakan baik di kubur maupun dari jarak jauh.
Baca Juga: Jelang Bulan Ramadan, Siti Badriah dan Krisjiana Baharudin Lakukan Tradisi Ziarah Kubur
"Baca doa, baca Quran di kubur sah, dari rumah juga sah. Jika Anda tidak bisa berziarah di kubur maka dari rumah juga sudah ziarah dengan batin Anda," tukas Buya Yahya.
( Banjarmasinpost.co.id/Mariana)
Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul Hukum Ziarah Kubur di Akhir Ramadhan atau Jelang Hari Raya Idul Fitri, Ini Penjelasan Buya Yahya
(*)
Source | : | Banjarmasin Post |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |