Masakan kesukaan Septi pun sangat sederhana, yakni nasi dan tempe bacem.
"Karena di gunung sulit kan untuk cari lauk, jadi dia makan sama tempe, kadang kecap," kata Sumiati.
Meski makan dengan lauk seadanya, Septi pun tetap ceria.
Apalagi ia sesekali bercanda dengan hewan peliharaannya yang berkeliaran di dapur.
"Kalau makan sering digangguin sama ayam dan kucing," kata Septi sambil melahap nasi dan tempe bacemnya.
Hidup dengan kondisi yang sangat sederhana, Septi nyatanya tumbuh menjadi anak yang piawai dalam hal seni.
Septi yang memiliki hobi melukis itu ternyata memiliki kemampuan menggambar dengan bagus.
Di meja belajar sederhananya yang terbuat dari papan kayu dan kursi dari drigen bekas, ia menggambar berbagai karakter favoritnya.
"Kalau mau lihat (aku) gambar, aku bisa apa saja," katanya dengan yakin.
Benar saja, di buku gambarnya itu Septi dengan luwesnya menggambar unicorn.
Dengan tangan kirinya, Septi pun menggambar unicorn dengan sangat detail dan tidak membutuhkan waktu yang lama tidak sampai 1 menit.
"Cita-cita aku ingin jadi guru lukis," kata Septi sambil memperlihatkan hasil gambarnya.
Rumah Septi yang berada di tengah hutan itu terlihat cukup seram.
Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com dengan judul Bocah SD di Yogya Hidup Menyendiri di Kampung Mati, Jalan Kaki 3 Km ke Sekolah, Lewati Hutan Angker
(*)
Viral, Warung Mie Ayam di Magelang Ini Banderol Harga Rp 2 Ribu per Mangkok, Penjual Akui Gak Rugi dan Malah Makin Laris, Ini Alasannya
Source | : | Tribun Trends |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Nindya Galuh Aprillia |