Untuk itu, Kementerian Investasi bersama-sama LTKL dan kabupaten anggotanya melakukan rangkaian proses ko-kreasi untuk mengembangkan portofolio investasi berkelanjutan untuk daerah-daerah yang mempromosikan komoditas berkelanjutan, salah satunya Kabupaten Sigi.
Ratih menuturkan, komoditas unggulan dan berkelanjutan yang dapat didorong sebagai portofolio adalah komoditas agroforestri. "Forum Bisnis dan Investasi untuk Inovasi Basis Alam yang diselenggarakan dalam Festival Lestari dapat mendorong investasi dan transaksi yang berkelanjutan serta meningkatkan pengembangan produk inovatif yang berbasis alam. Hal ini akan memberikan dampak positif tidak hanya bagi Sulawesi Tengah, tetapi juga daerah lain yang memiliki semangat dan misi pembangunan lestari," ujar Ratih.
Senada dengan Ratih, Rama Manusama dari Koalisi Ekonomi Membumi dan Katalys Partners, mengatakan, “Saat ini pendanaan berkelanjutan dan fokus pada dampak sudah siap berinvestasi dan sedang mencari portofolio investasi di Indonesia.”
Rama menambahkan, Glasgow Financial Alliance for Net Zero memiliki aset investasi senilai US$130 triliun. Aliansi ini berkomitmen melakukan pendanaan terhadap portofolio yang dapat mengurangi emisi gas.
Dia menyebut penting untuk mempersiapkan portofolio investasi lestari untuk menyambut investasi dan pendanaan ini dan memastikan kepada investor dan pembeli bahwa standar lingkungan sudah dijaga dengan baik. Katalys dan Koalisi Ekonomi Membumi tengah membangun proyek pilot di Kabupaten Sigi untuk menguatkan dari sisi hulu secara terintegrasi untuk menyiapkan portofolio.
Co-Founder Java Kirana, Noverian Aditya mengatakan tren investasi hijau perlu dukungan secara profesional untuk memastikan bisnis lestari tetap menguntungkan. “Dengan value chain gotong royong dan bantuan pemerintah, harapannya implementasi ini bisa dilaksanakan lebih cepat dan berdampak lebih luas, Java Kirana berperan memasukkan sisi profesionalitas agar konsep bisnis berkelanjutan ini tetap profit dan lestari, serta berdampak lebih luas,” kata Noverian.
Java Kirana tertarik untuk terlibat di Sigi, kendati bukan daerah penghasil kopi yang terkenal seperti Toraja dan Aceh, karena Kabupaten Sigi memiliki komitmen terhadap kelestarian. “Kami memiliki visi People, Planet, dan Profit (3P). Di Sigi, semangatnya sudah kelestarian, Sigi memang bukan daerah penghasil kopi yang terkenal tetapi kami yakin bisa melakukan intervensi dengan membuat petani yakin akan produk kopinya yang sudah sudah berbasis kelestarian,” ujarnya.
Peran Java Kirana adalah mengagregasi petani-petani kecil menggunakan sistem pasca panen tersentralisasi, harapannya Indonesia bisa menyaingi negara lain dari sisi kualitas dan kuantitas yang konsisten.
Noverian menambahkan, dari sisi bisnis, harus ada yang menjamin kualitas, mencarikan buyer, dan menjamin pembelian. Intinya adalah gotong royong, ditambah dorongan pemerintah. “Istilahnya, satu isu ini dikeroyok ramai-ramai supaya lebih cepat terwujud,” katanya.
(*)
Ngamuk Saat Tak Diberi Uang, Pengemis di Bogor Ini Malah Ketahuan Lagi Top Up: Ngegas Gak Dikasih
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Winda Lola Pramuditta |