"Kami percaya karena Pak Iskak adalah kepala sekolah kami. Banyak guru yang menyimpan deposito dan simpanan sukarela ke Koperasi Tegar yang dipimpin Pak Iskak," kata Anselmus, salah satu korban guru SD.
Ada yang menaruh deposito ke Koperasi Tegar sampai Rp 75 juta. Sementara rata-tata Rp 10 juta sampai Rp 20 juta.
Belum lagi yang menyerahkan simpanan sukarela. Kalau dihitung total saat ini ada Rp 2,8 miliar uang anggota koperasi dari para guru SD ini.
Saat ditemui, Iskak mengakui bahwa dirinya menggunakan uang milik anggota koperasi itu.
Namun ia mengaku sudah mencicil untuk mengembalikan dana koperasi. Sehingga saat ini kurang Rp 2,3 miliar.
"Waktu sepuluh tahun saya jadi bendahara. Saya pakai dulu buat bangun rumah dan pasar," jelas Iskak.
Pengakuan ini membuat jengkel para guru. Seakan tidak merasa bersalah.
Anselmus bersama korban koperasi Tegar membentuk paguyuban penagih dana KPRI.
Saat menjadi bendahara, KPRI Tegar diawasi para kasek. Tapi kaseknya banyak yang pensiun hingga dana leluasa digelapkan Iskak.
Sementara Iskak sengaja tetap dijadikan Ketua Koperasi agar tidak lari keluar kota. Iskak sendiri asli Yogyakarta.
"Solusinya, pasar dan kosan diambil alih pengelolaanya oleh guru SD," kata Cak Ji .