Grid.ID - Belakangan nikuba tengah ramai diperbincangkan.
Nikuba atau Niku Banyu adalah penemuan pria bernama Aryanto Misel berupa alat yang bisa mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan.
Penemuan Nikuba ini kemudian viral, sang penemu kini justru ingin menjual karyanya ke negara lain sebesar Rp15 miliar.
Aryanto Misel juga mengaku tidak butuh bantuan dari pemerintah Indonesia.
Lalu, apa alasan penemu Nikuba tak mau berurusan dengan pemerintah Indonesia dan memilih menjual karyanya ke negara lain?
Pernyataan ini muncul saat Aryanto melakukan wawancara dengan stasiun TV berita nasional.
Cuplikan wawancara itu kemudian beredar di media sosial.
Dalam video yang beredar di media sosial, Aryanto membeberkan alasannya mengapa ia tidak membutuhkan pemerintah dan BRIN terkait Nikuba yang sudah dilirik negara lain.
Melalui rekaman wawancara yang diunggah ulang akun Twitter Aryanto awalnya mengatakan bahwa ia merasa tidak sayang bila teknologi untuk mengembangkan Nikuba jatuh ke tangan negara lain.
Sebabnya, ia membutuhkan dana untuk melanjutkan riset dan tidak mau didanai oleh pihak manapun.
Setelah itu, ketika ditanya soal langkah yang bisa dilakukan pemerintah dan BRIN atas Nikuba, Aryanto berujar bahwa ia tidak membutuhkan kedua pihak ini.
Ia beralasan dirinya sudah "dibantai" oleh pemerintah dan BRIN dan berencana menjual Nikuba Rp 15 miliar ke industri otomotif di Milan.
"Wah, saya nggak butuh mereka, Pak. Nggak butuh saya sudah "dibantai" habis. Nggak mau," ujar Aryanto.
"Itu (Nikuba) mau saya tawarkan Rp 15 miliar," tambahnya.
Nikuba mulai dikenal sejak 2022 lalu.
Alat ini juga telah digunakan oleh Kodam III/Siliwangi sebagai bahan bakar untuk sepeda motor Bintara Pembina Desa (Babinsa).
Atas temuan tersebut, ia diundang untuk mempresentasikan Nikuba oleh industri otomotif di kota Milan, Italia pada 16 Juni 2023.
BRIN Akan Gelar Konferensi Pers
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko memberi respon soal pernyataan Aryanto yang menyatakan dirinya tidak membutuhkan pemerintah dan BRIN.
Melansir Kompas.com, Handoko mengatakan bahwa BRIN akan menggelar pertemuan dengan media untuk merespons pernyataan Aryanto.
"Nanti Rabu akan ada tamu media di BRIN," kata Handoko kepada Kompas.com, Senin (10/7/2023).
Saat ditanya apakah BRIN masih akan menawari Aryanto untuk bekerja sama mengembangkan BRIN, Handoko tidak memberi jawaban.
Terpisah, keterangan BRIN yang diterima Kompas.com, Senin (10/7/2023), menyampaikan bahwa pertemuan BRIN dengan media untuk merespons pernyataan Aryanto bakal dihelat Kamis (13/7/2023).
"Betul (ada agenda membahas pernyataan Aryanto) untuk menjawab semua ini. Nanti kami agendakan untuk temu media. Hari Kamis," kata keterangan tersebut.
BRIN Memfasilitasi Inovasi Namun Tidak Memberi Pengakuan
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Handoko mengatakan, pihaknya tidak dalam posisi memberi pengakuan atas suatu temuan saat ditanya soal ketertarikan negara lain terhadap Nikuba.
Kendati demikian, ia menegaskan bahwa BRIN dapat memfasilitasi masyarakat yang memiliki ide inovasi.
Fasilitas tersebut diberikan BRIN kepada masyarakat melalui Fasilitasi Inovasi Akar Rumput (FIAR).
"Tetapi bukan memberi pengakuan," tandas Handoko, Kamis (6/7/2023).
"Yang terpenting, BRIN mendorong inventor atau inovator untuk bisa membuktikan secara ilmiah agar bisa diterima oleh komunitas," sambungnya.
Sebelumnya, pada Rabu (5/7/2023), Handoko juga sudah mengajak Aryanto untuk mengembangkan Nikuba secara bersama-sama.
Pasalnya, Nikuba adalah bahan bakar berbasis hidrogen yang memiliki banyak variasi dan temuan.
Ia menjelaskan, dalam ranah sains diperlukan kehati-hatian hingga temuan dapat dibuktikan secara saintifik.
"Kalau di sains, kita harus cukup berhati-hati, jadi kita akan melihat bersama-sama, kita kembangkan sampai terbukti secara saintifik bisa diterima oleh komunitas ilmiah," ujar Handoko.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Penemu Sebut Tidak Butuh Pemerintah dan Hendak Jual Nikuba Rp 15 Miliar ke Luar Negeri, Ini Respons BRIN"
(*)
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Ulfa Lutfia Hidayati |