Beberapa ahli percaya bahwa desa Haragonan memiliki sejarah panjang dan sudah lama ditutup.
Selama masa itu, mereka tidak menikah dengan orang luar, yang tentunya membuat penduduk setempat melakukan perkawinan sedarah.
Dalam komunitas sekecil itu, mereka tidak memiliki peraturan yang melarang pernikahan dalam 3 generasi kerabat dekat.
Jadi orang-orang di desa akan semakin mirip.
Seiring waktu, mereka berkembang menjadi sebuah desa dengan penampilan yang mencengangkan seperti sekarang ini.
Selain itu, ekspedisi pergi jauh ke dalam desa untuk mempelajari makanan dan air, serta unsur-unsur di dalam tanah.
Mereka menemukan bahwa tanah dan air setempat kaya akan unsur platina dan bismut.
Oleh karena itu, para ilmuwan berpendapat bahwa unsur-unsur ini mungkin juga menjadi salah satu alasan mengapa orang-orang di sini lebih mirip.
Mereka dapat mengubah sel-sel ibu hamil, sehingga mempengaruhi perkembangan janin.
Orang mungkin penasaran apakah wajah seperti ini membuat warga desa tidak nyaman dalam kesehariannya dan bagaimana cara mereka membedakan satu sama lain?
Baca Juga: Ini Sosok yang Bantu Polisi Tangkap Si Kembar Rihana Rihani Tersangka Kasus Penipuan iPhone
Dalam hal ini, seorang wanita lanjut usia di desa tersebut mengatakan bahwa kebanyakan orang tidak mengandalkan penampilan tetapi mengidentifikasi satu sama lain melalui suara, gaya berjalan, dan kebiasaan kecil.
Karena desanya sangat kecil, semua orang saling mengenal dengan baik.
Mereka dapat membedakan perbedaan halus, bahkan mengidentifikasi satu sama lain dengan cara mereka berpakaian.
Namun semua spekulasi di atas hanyalah dugaan, tidak ada bukti nyata yang membuktikan mengapa penduduk desa Haragonan begitu mirip.
Artikel ini telah tayang di Tribuntrends.com dengan judul Desa Ini Dihuni 237 Kembar Identik, Diduga Hasil Inses, Ilmuwan Syok Temukan Ini di Tanah dan Airnya
(*)
Gagal Move On dan Tak Terima sang Mantan Pacar Sudah Punya Kekasih Baru, Pria Ini Culik sang Wanita tapi Keciduk Polisi, Begini Akhirnya
Source | : | Tribuntrends.com |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Ayu Wulansari K |