Ardiansyah sebelumnya akan membawa kasus meninggalnya istri dan anaknya akibat kelalaian itu ke ranah hukum.
Namun, sebelumnya, dia mendatangi gurunya di Pesantren Cikalama, Kecamatan Cimanggung, Sumedang.
Oleh gurunya, Ardiansyah diminta salat istikharah.
Dia juga diberi wejangan bahwa jika kasusnya berlanjut, akan ada autopsi.
Gurunya menyampaikan bahwa dia tidak rela, jenazah Mamay digali untuk lalu diautopsi.
"Itu pun kalau kamu masih menganggap Ama sebagai guru," kata Ardiasnyah menirukan perkataan gurunya.
Dia lalu istrikharah. Hasilnya adalah Ardiasnyah harus berani memaafkan.
"Dalam impian, datang istri, dia katakan biar Allah yang membalas," katanya.
Ardiansyah memang tidak terpuaskan dengan jawaban-jawaban dokter atas diagnosa dan tindakan yang dilakukan kepada istrinya.
Namun, ketidak puasan itu cukup ditelan sebagai kenyataan pahit.
"Saya memaafkan. Harapannya supaya tidak terjadi Mamay-Mamay berikutnya, biar saya saja yang sakit hati," katanya.
Pelaksana Tugas (Plt) Direktur RSUD Sumedang, dr. Enceng membenarkan telah menyelesaikan permasalahan tersebut secara kekeluargaan.
Source | : | Tribun Style |
Penulis | : | Grid. |
Editor | : | Irene Cynthia |