“Saya melihat perkembangan anak saya. Ia mulai membuat boneka kertas sendiri dari potongan kertas dan kaus kaki. Saya sendiri tidak pernah mengajarkan cara membuat boneka kertas,” cerita Eltri.
Selain boneka, sang anak juga bisa menyusun barang-barang dengan baik, seperti merapikan kasur, melipat selimut, hingga mengetahui cara kerja infus dan alat kejut jantung.
“Bagi saya, untuk anak seusia ini, dengan pemikiran sejauh itu cukup luar biasa,” ujarnya.
Senada dengan Eltri, orangtua murid SD IT Al Furqan Palangkaraya bernama Hayu Hartanti mengungkapkan bahwa Kurikulum Merdeka sudah mengikuti perkembangan zaman, serta disesuaikan dengan minat dan bakat anak.
“Apabila minat dan bakat anak sudah ditemukan sedari dini, orang tua dapat merefleksikan pembelajaran untuk mendukung masa depan anak. Orangtua turut bertugas untuk mendukung agar anak kita menjadi penerus generasi yang lebih hebat,” terang Hayu.
Berbagi pengalaman orangtua murid
Kurikulum Merdeka merupakan wujud pengembangan pembelajaran yang berkualitas dan merata karena #SemuaMuridIstimewa.
Bagi orangtua murid, inilah saatnya menceritakan pengalaman bermakna dan menyenangkan dalam mendampingi anak dalam pembelajaran dengan Kurikulum Merdeka.
Kemendikbudristek mengajak orangtua dari murid yang bersekolah di jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK, SDLB, SMPLB, SMALB, PKBM dan SKB untuk dapat menceritakan pengalaman nyata orang tua dalam mendampingi anak belajar dengan Kurikulum Merdeka melalui #CeritaKurikulumMerdeka.
Kompetisi #CeritaKurikulumMerdeka dibuka mulai 20 Oktober hingga 3 November 2023. Pemenang yang terpilih berkesempatan mendapatkan hadiah menarik dari Kemendikbudristek berupa laptop, tablet, dan uang pembinaan.
Informasi selengkapnya mengenai #CeritaKurikulumMerdeka dapat diakses melalui situs web https://kurikulum.kemdikbud.go.id/kurikulum-merdeka/potretcerita/ atau akun Instagram @kurikulum.merdeka.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Yussy Maulia |